Sungguh di zaman sekarang banyak orang yang menyia-nyiakan waktu dan
umurnya dengan melakukan perbuatan atau perkara yang sia-sia, mereka habiskan
berjam-jam untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kebaikan dirinya.
Kebanyakan kita saat ini hanya mengisi waktu dengan dosa, maksiat, perkara yang
sia-sia dan lalai, bermalas-malasan dalam ketaatan dan kebaikan, dan gemar
melakukan hal yang sia-sia yang membuat lalai dari mengingat Allah.
Hidup ini hanya sekejap mata yang merasakan lama hanyalah pada kondisi tertentu, orang-orang dalam penantian atau menuggu sesuatu yang dinantikan, orang sakit dan orang yang membawa beban berat dan sebagainya. Kadang-kadang hidup ini tidak lebih dari empat kata: "lahir di dunia, merasakan bahagia atau Sedih (sensara) dan meningal."
Hidup itu hanya sebatas kenangan dimasa yang akan datang tidak lebih dari itu
dan menjadi kenangan baik atau buruk.
Tubuh seseorang hanya satu, yang diinginkan 1000 macam yang tercapai hanya beberapa
saja. Ini gambaran saking cepat berjalanya waktu, waktu tetap berjalan sebagai
roda kehidupan dengan berjalannya waktu umur akan meningkat bertanda umur
bertambah, uban mulai bertabur, gigi mulai berkurang, kulit mulai keriput, mata
mulai kabur. Tidak terasa usia sudah 30 tahun tiba-tiba sudah 60 tahun. Rasanya
sebentar saja yang dapat dihasilkan untuk kebaikan, hanya sedikit dan tenaga
pun habis, cepat letih laksana lilin yang mulai habis. Inilah kehidupan yang
sangat singkat, tetapi kebanyakan kita lalai memanfaatkan waktu yang telah
Allah berikan.
Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan pentingnya
memanfaatkan waktu agar tidak tertipu dan terlena dengannya, sebagaimana
disebutkan dalam hadits:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Artinya: Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada dua nikmat, kebanyakan manusia
tertipu dengan keduanya, (yaitu) nikmat kesehatan dan waktu luang”. [HR
Bukhari, no. 5933].
Hadits yang mulia ini menggambarkan bahwa waktu luang adalah nikmat
yang besar dari Allah Ta’ala, akan tetapi banyak manusia yang tertipu
dan mendapatkan kerugian terhadap nikmat ini karena tidak memanfaatkanya dengan
baik.
Hidup yang panjang lagi abadi adalah hidup di akhirat, hidup
yang tak terputus dan di akhirat nanti hanya ada dua pilihan tempat kembali imma
di surga atau di neraka, hidup bahagia atau sengsara tergantung dari
pemanfaatan waktu selama di dunia, apabi kita termasuk orang-orang yang baik
tetaplah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setidaknya pertahankan jangan
sampai turun, apabila kita tergolong orang-orang yang buruk, berubahlah dengan
waktu yang ada sekarang untuk menjadi insan yang lebih baik, apabila dulu kita
orang-orang yang mengisi hari-harinya dengan keburukan baik yang besar ataupun
kecil, benahilah dengan waktu sekarang dan yang akan datang dengan kebaikan,
jangan sia-siakan waktumu!
Dengan
mengingat waktu yang begitu singkat di dunia ini, manusia harus berbuat hal
yang baik sebagai bekal nanti di akhirat dan mengingat Allah di setiap denyut
jantungnya. kehidupan ini adalah suatu perjalanan menuju tempat kembali.
Perjalanan ini berangkat dari Allah dan akan kembali lagi kepada Allah.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اَللّٰهُ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ
ثُمَّ يُعِيْدُهٗ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Artinya: “Allah yang memulai
penciptaan (makhluk), kemudian mengulanginya kembali; kemudian kepada-Nya kamu
dikembalikan.” [QS. Ar-Rum: 11.]
Dari
alam ruh kemudian alam rahim, lalu alam dunia hingga meninggal kemudian
dikumpulkan di padang mahsyar. Dari proses perjalanan kehidupan tersebut
membutuhkan kendaraan berupa waktu. Kalau di dunia dihitung dengan hitungan
hijriah dan juga hitungan masehi. Dalam surat Al-Hajj ayat 47 menjelaskan bahwa
1 (satu) hari di akhirat sama dengan 1000 (seribu) tahun di dunia.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاِنَّ
يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَاَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ
Artinya: “Dan
sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut
perhitunganmu”.
Dalam surat lain Allah berfirman:
قالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنينَ
Artinya:
“Dia (Allah) berfirman: Berapa bilangan
tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi (dunia)?”
قالُوا لَبِثْنا يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَسْئَلِ الْعادِّينَ
Artinya: Mereka menjawab: Kami tinggal
di bumi (dunia) sehari atau setegah hari. maka tanyakanlah kepada mereka yang
menghitung.
قالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلاَّ قَليلاً لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ
Artinya: “Dia (Allah) berfirman Tidaklah lama kamu tinggal dibumi (dunia),
hanya sebentar, jika kamu benar-benar ketahui”. [QS: Al-Mu’minun
ayat 112-114].
Kedua
surat diatas tersebut menjelaskan bahwa manusia hidup di dunia ini hanyalah
sebentar saja serta menjelaskan perumpamaan waktu di akhirat dengan waktu di
dunia, maka sebagai umat manusia yang Allah ciptakan dengan penuh tujuan
tentunya dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya yang telah diberikan oleh
Allah untuk meraih kehidupan akhirat.
Manusia sadarlah akan singkatnya waktu dan umurmu, lalu
isilah dia dengan amal yang sholeh dan jejak yang baik, sehingga umurmu lebih
berharga bagi jasadmu.
Jika hidup hanya sesingkat ini dan hanya satu kali mengapa engkau lepaskan dan
sia-siakan kesempatan hidupmu? Beramallah sepuas-puasmu dengan waktu dan
kesempatanmu, umurmu akan berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi selamanya.
Bila amal baikmu sedikit, niscaya engkau merasa tidak puas nanti di akhirat kelak, ingin hidup lagi untuk beramal akan tetapi itu adalah sebuah angan-angan semata. Bersyukur jika kita saat ini masih ada waktu dan kesempatan untuk berbuat kebaikan dan bertaubat. Kita juga harus ingat bahwa kematian akan datang ontime! Apa yang akan kita bawa pulang ke kampung akhirat dan apa yang akan kita tinggalkan bagi orang-orang terdekat kita, apakah kesan yang baik atau sebaliknya? Apakah juga sama kematian kita dengan matinya seekor hewan yang tidak memiliki tujuan hidup? Jika di dunia ini kita menghambur-hamburkan waktu untuk perbuatan dosa, maksiat dan perkara yang sia-sia serta bermalas-malasan, akan mulai insaf (sadar) dan menyesal di akhirat nanti, telah benar sebuah ungkapan bahwa penyesalan itu datang diakhir bukan diawal, yang diawal itu adalah pendaftaran, maka sebelum datang hari penyesalan tersebut haruslah kita menolak dengan bersungguh-sungguh untuk memanfaatkan waktu dengan baik dalam perkara yang baik.
Dan
barang siapa yang menyia-nyiakan waktunya maka dia akan menyesali setiap detik
darinya, dan siapa yang berlalu darinya sehari dari umurnya tanpa ada hak yang
dia tunaikan, dan kewajiban yang dia laksanakan berarti dia telah durhaka
terhadap harinya dan dia telah menyia-nyiakan umurnya. (Lihat: Syekh Abdul
Muhsin Al Qasim. Manfaatkan
Waktu Anda Sebaik baiknya. Khutbah Jumat Masjid Nabawi tanggal. 13
06 2014 M/15 08 1435 H).
Orang-orang
yang menyia-nyiakan waktu adalah orang yang sangat merugi, karena dia
kehilangan menit-menit, jam-jam yang berharga yang sebenarnya dapat dia gunakan
untuk ibadah atau beramal sholeh, dan menyebarkan nasihat kebaikan, amar makruf
nahi mungkar. Detik per detik, hari demi hari, hingga tahun ke tahun. Waktu
sangatlah berharga. Begitu berharganya waktu, menyia-nyiakannya adalah bentuk
puncak kerugian, bahkan lebih berbahaya dari kematian.
Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
إضاعةُ الوقت أشدُّ من
الموت ؛ لأنَّ إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة والموتُ يقطعك عن الدنيا
وأهلها
Artinya:
“Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan
waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya
memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya”. (Al-Fawaid, hal. 44).
Waktu yang berlalu dengan cepat atau singkat termasuk dalam tanda-tanda kiamat semakin dekat.Hal ini berdasarkan Hadits Shahih, Rasulullah bersabda:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ
الزَّمَانُ فَتَكُونُ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ وَالشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ وَتَكُونُ
الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ وَيَكُونُ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ وَتَكُونُ السَّاعَةُ
كَالضَّرَمَةِ بِالنَّارِ
Artinya:
“Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: Kiamat tidak akan terjadi hingga waktu terasa
berlalu begitu cepat. Satu tahun terasa seperti satu bulan, satu bulan seperti
seminggu, satu minggu seperti satu hari, dan satu hari seperti satu jam, dan
satu jam seperti kedipan mata.” (HR: Ahmad).
Imam
Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan mengenai pentingnya
menjaga waktu, “Aku pernah bersama dengan seorang
sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia
mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya
(memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.” “Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan
lain: Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal hal yang baik (haq), pasti akan
tersibukkan dengan hal hal yang sia-sia (batil).”
(Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah) Waktu
Ibnul
Qoyyim rahimahullah mengatakan tentang dosa yang berulang dalam islam yakni
menyia-nyiakan waktu, “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya.
Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang
abadi dan penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah
bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa
yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu
dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya,
namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”
Lalu
Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu, “Jika
waktu hanya dihabiskan untuk hal hal yang membuat lalai, untuk sekedar
menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan
dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih
layak bagi dirinya.” (Al Jawabul Kafi, 109).
Orang-orang di zaman sekarang banyak yang tidak mengetahui dan
tidak mengerti apa yang harus mereka lakukan terhadap waktunya.
Seorang ulama zaman dahulu berkata: “Aku telah melihat kebanyakan
orang menghabiskan waktunya dengan cara yang aneh. Jika malam panjang, mereka
habiskan untuk bembicara dan obrolan yang tidak bermanfaat, atau membaca buku
percintaan dan begadang. Jika waktu siang panjang, mereka habiskan untuk tidur.
Sedangkan pada waktu pagi dan sore hari, mereka di pinggir sungai Dajlah dan di
pasar-pasar. Aku mengibaratkan mereka dengan orang-orang yang
berbincang-bincang di atas kapal, kapal itu terus berjalan membawa mereka
kedalam lautan Samudra dan mereka tidak tau kapal tersebut membawa mereka ke
mana dan dimana. Karenanya aku telah melihat banyak orang yang tidak memahami
arti kehidupan.”
Di antara mereka, ada orang yang telah diberi kecukupan oleh Allah Azza
wa Jalla berupa harta kekayaan yang cukup bahkan lebih, dia tidak butuh
bekerja karena hartanya yang sudah banyak, namun kebanyakan waktunya pada siang
hari dia habiskan dengan nongkrong di pasar (kalau zaman sekarang di mall dan
sebagainya. Melihat orang-orang (yang lewat). Alangkah banyaknya keburukan dan
kemungkaran yang melewatinya yang dia lewatin dengan waktunya. Di antara mereka
ada yang menyendiri bermain catur. Di antara mereka ada yang menghabiskan waktu
dengan kisah-kisah kejadian tentang raja-raja, tentang harga barang yang
melonjak dan turun, dan lainnya.
Diriwayatkan bahwa Syaikh Jamaluddin al-Qashimi rahimahullah
melewati salah satu warung kopi. Beliau melihat orang-orang yang mengunjungi
warung kopi tersebut sedang asyik dalam bermain kartu dan dadu, meminum
berbagai minuman, mereka menghabiskan waktu yang lama. Maka beliau berkata,
“Seandainya waktu itu bisa dibeli, sungguh pasti saya akan beli waktu mereka!”
Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah juga menyebutkan ada seorang
laki-laki yang menghabiskan waktu dan umurnya untuk mengumpulkan dan menumpuk
harta. Ketika kematian mendatanginya, dikatakan kepadanya, “Katakanlah laa
ilaaha illa Allah,” namun dia tidak mengucapkannya, bahkan dia mulai
mengucapkan, “Satu kain harganya 5 dirham, satu kain harganya 10 dirham, ini
kain bagus”. Dia selalu dalam keadaan demikian sampai ruhnya keluar, telah
benar bahwa seseorang itu akan meninggal sesuai kebiasaannya.
Ya Allah, berilah kami petunjuk untuk mengisi hari-hari kami dengan hal
yang bermanfaat dan menjauhi hal yang tidak bermanfaat.
Wallahu a’lam.
artikel yang menarik. tetap semngat menulis ustadz.
BalasHapusdi bagian yang mengatakan penduduk surga menyesal, mungkin perlu ditinjau lagi,, karena penduduk surga itu sudah penuh dengan kenikmatan dan tidak berangan2 lagi yang lain. tidak ada iri di antara mereka. mungkin bisa baca artikel berikut sebagai faidah. https://muslimafiyah.com/penyesalan-penduduk-surga.html baarakallahu fiik.
@Masya Allah, setelah ana tinjau kembali ternyata haditsnya telah di do"ifkan lagi oleh syaikh Al-Albani di dalam Al-Silsilah Ad-Dhaiifah.
Hapusbaarokallaahu fiik akhy atas masukanya.