Senin, 08 Mei 2023

HIDUP SANGAT SINGKAT JANGAN SIA-SIAKAN WAKTUMU!

 

Sungguh di zaman sekarang banyak orang yang menyia-nyiakan waktu dan umurnya dengan melakukan perbuatan atau perkara yang sia-sia, mereka habiskan berjam-jam untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kebaikan dirinya. Kebanyakan kita saat ini hanya mengisi waktu dengan dosa, maksiat, perkara yang sia-sia dan lalai, bermalas-malasan dalam ketaatan dan kebaikan, dan gemar melakukan hal yang sia-sia yang membuat lalai dari mengingat Allah.

Hidup ini hanya sekejap mata yang merasakan lama hanyalah pada kondisi tertentu, orang-orang dalam penantian atau menuggu sesuatu yang dinantikan, orang sakit dan orang yang membawa beban berat dan sebagainya. Kadang-kadang hidup ini tidak lebih dari empat kata: "lahir di dunia, merasakan bahagia atau Sedih (sensara) dan meningal."

Hidup itu hanya sebatas kenangan dimasa yang akan datang tidak lebih dari itu dan  menjadi kenangan baik atau buruk. Tubuh seseorang hanya satu, yang diinginkan 1000 macam yang tercapai hanya beberapa saja. Ini gambaran saking cepat berjalanya waktu, waktu tetap berjalan sebagai roda kehidupan dengan berjalannya waktu umur akan meningkat bertanda umur bertambah, uban mulai bertabur, gigi mulai berkurang, kulit mulai keriput, mata mulai kabur. Tidak terasa usia sudah 30 tahun tiba-tiba sudah 60 tahun. Rasanya sebentar saja yang dapat dihasilkan untuk kebaikan, hanya sedikit dan tenaga pun habis, cepat letih laksana lilin yang mulai habis. Inilah kehidupan yang sangat singkat, tetapi kebanyakan kita lalai memanfaatkan waktu yang telah Allah berikan.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu agar tidak tertipu dan terlena dengannya, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, (yaitu) nikmat kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari, no. 5933].

Hadits yang mulia ini menggambarkan bahwa waktu luang adalah nikmat yang besar dari Allah Ta’ala, akan tetapi banyak manusia yang tertipu dan mendapatkan kerugian terhadap nikmat ini karena tidak memanfaatkanya dengan baik.

Hidup yang panjang lagi abadi adalah hidup di akhirat, hidup yang tak terputus dan di akhirat nanti hanya ada dua pilihan tempat kembali imma di surga atau di neraka, hidup bahagia atau sengsara tergantung dari pemanfaatan waktu selama di dunia, apabi kita termasuk orang-orang yang baik tetaplah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setidaknya pertahankan jangan sampai turun, apabila kita tergolong orang-orang yang buruk, berubahlah dengan waktu yang ada sekarang untuk menjadi insan yang lebih baik, apabila dulu kita orang-orang yang mengisi hari-harinya dengan keburukan baik yang besar ataupun kecil, benahilah dengan waktu sekarang dan yang akan datang dengan kebaikan, jangan sia-siakan waktumu!

Dengan mengingat waktu yang begitu singkat di dunia ini, manusia harus berbuat hal yang baik sebagai bekal nanti di akhirat dan mengingat Allah di setiap denyut jantungnya. kehidupan ini adalah suatu perjalanan menuju tempat kembali. Perjalanan ini berangkat dari Allah dan akan kembali lagi kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اَللّٰهُ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Artinya: “Allah yang memulai penciptaan (makhluk), kemudian mengulanginya kembali; kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan.” [QS. Ar-Rum: 11.]

Dari alam ruh kemudian alam rahim, lalu alam dunia hingga meninggal kemudian dikumpulkan di padang mahsyar. Dari proses perjalanan kehidupan tersebut membutuhkan kendaraan berupa waktu. Kalau di dunia dihitung dengan hitungan hijriah dan juga hitungan masehi. Dalam surat Al-Hajj ayat 47 menjelaskan bahwa 1 (satu) hari di akhirat sama dengan 1000 (seribu) tahun di dunia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَاَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ

Artinya: “Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu”.

 Dalam surat lain Allah berfirman:

 قالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنينَ

Artinya: “Dia (Allah) berfirman: Berapa bilangan tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi (dunia)?”

قالُوا لَبِثْنا يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَسْئَلِ الْعادِّينَ 

Artinya: Mereka menjawab: Kami tinggal di bumi (dunia) sehari atau se­tegah hari. maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.

 قالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلاَّ قَليلاً لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: “Dia (Allah) berfirman Tidaklah lama kamu tinggal dibumi (dunia), hanya sebentar, jika kamu benar-benar ketahui”. [QS: Al-Mu’minun ayat 112-114].

Kedua surat diatas tersebut menjelaskan bahwa manusia hidup di dunia ini hanyalah sebentar saja serta menjelaskan perumpamaan waktu di akhirat dengan waktu di dunia, maka sebagai umat manusia yang Allah ciptakan dengan penuh tujuan tentunya dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya yang telah diberikan oleh Allah untuk meraih kehidupan akhirat.

Manusia sadarlah akan singkatnya waktu dan umurmu, lalu isilah dia dengan amal yang sholeh dan jejak yang baik, sehingga umurmu lebih berharga bagi jasadmu.
Jika hidup hanya sesingkat ini dan hanya satu kali mengapa engkau lepaskan dan sia-siakan kesempatan hidupmu? Beramallah sepuas-puasmu dengan waktu dan kesempatanmu, umurmu akan berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi selamanya.

Bila amal baikmu sedikit, niscaya engkau merasa tidak puas nanti di akhirat kelak, ingin hidup lagi untuk beramal akan tetapi itu adalah sebuah angan-angan semata. Bersyukur jika kita saat ini masih ada waktu dan kesempatan untuk berbuat kebaikan dan bertaubat. Kita juga harus ingat bahwa kematian akan datang ontime! Apa yang akan kita bawa pulang ke kampung akhirat dan apa yang akan kita tinggalkan bagi orang-orang terdekat kita, apakah kesan yang baik atau sebaliknya? Apakah juga sama kematian kita dengan matinya seekor hewan yang tidak memiliki tujuan hidup? Jika di dunia ini kita menghambur-hamburkan waktu untuk perbuatan dosa, maksiat dan perkara yang sia-sia serta bermalas-malasan, akan mulai insaf (sadar) dan me­nyesal di akhirat nanti, telah benar sebuah ungkapan bahwa penyesalan itu datang diakhir bukan diawal, yang diawal itu adalah pendaftaran, maka sebelum datang hari penyesalan tersebut haruslah kita menolak dengan bersungguh-sungguh untuk memanfaatkan waktu dengan baik dalam perkara yang baik.

Dan barang siapa yang menyia-nyiakan waktunya maka dia akan menyesali setiap detik darinya, dan siapa yang berlalu darinya sehari dari umurnya tanpa ada hak yang dia tunaikan, dan kewajiban yang dia laksanakan berarti dia telah durhaka terhadap harinya dan dia telah menyia-nyiakan umurnya. (Lihat: Syekh Abdul Muhsin Al Qasim. Manfaatkan Waktu Anda Sebaik baiknya. Khutbah Jumat Masjid Nabawi tanggal. 13 06 2014 M/15 08 1435 H).

 

Orang-orang yang menyia-nyiakan waktu adalah orang yang sangat merugi, karena dia kehilangan menit-menit, jam-jam yang berharga yang sebenarnya dapat dia gunakan untuk ibadah atau beramal sholeh, dan menyebarkan nasihat kebaikan, amar makruf nahi mungkar. Detik per detik, hari demi hari, hingga tahun ke tahun. Waktu sangatlah berharga. Begitu berharganya waktu, menyia-nyiakannya adalah bentuk puncak kerugian, bahkan lebih berbahaya dari kematian.

 

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

إضاعةُ الوقت أشدُّ من الموت ؛ لأنَّ إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة والموتُ يقطعك عن الدنيا وأهلها

Artinya: “Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya”. (Al-Fawaid, hal. 44).

Waktu yang berlalu dengan cepat atau singkat termasuk dalam tanda-tanda kiamat semakin dekat.Hal ini berdasarkan Hadits Shahih, Rasulullah bersabda:

 لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونُ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ وَالشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ وَتَكُونُ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ وَيَكُونُ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ وَتَكُونُ السَّاعَةُ كَالضَّرَمَةِ بِالنَّارِ

Artinya: “Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: Kiamat tidak akan terjadi hingga waktu terasa berlalu begitu cepat. Satu tahun terasa seperti satu bulan, satu bulan seperti seminggu, satu minggu seperti satu hari, dan satu hari seperti satu jam, dan satu jam seperti kedipan mata.” (HR: Ahmad).

Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan mengenai pentingnya menjaga waktu, “Aku pernah bersama dengan seorang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”  Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain: Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah) Waktu

 

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan tentang dosa yang berulang dalam islam yakni menyia-nyiakan waktu, “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”

 

Lalu Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu, “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.” (Al Jawabul Kafi, 109).

Orang-orang di zaman sekarang banyak yang tidak mengetahui dan tidak mengerti apa yang harus mereka lakukan terhadap waktunya.

Seorang ulama zaman dahulu berkata: “Aku telah melihat kebanyakan orang menghabiskan waktunya dengan cara yang aneh. Jika malam panjang, mereka habiskan untuk bembicara dan obrolan yang tidak bermanfaat, atau membaca buku percintaan dan begadang. Jika waktu siang panjang, mereka habiskan untuk tidur. Sedangkan pada waktu pagi dan sore hari, mereka di pinggir sungai Dajlah dan di pasar-pasar. Aku mengibaratkan mereka dengan orang-orang yang berbincang-bincang di atas kapal, kapal itu terus berjalan membawa mereka kedalam lautan Samudra dan mereka tidak tau kapal tersebut membawa mereka ke mana dan dimana. Karenanya aku telah melihat banyak orang yang tidak memahami arti kehidupan.”

Di antara mereka, ada orang yang telah diberi kecukupan oleh Allah Azza wa Jalla berupa harta kekayaan yang cukup bahkan lebih, dia tidak butuh bekerja karena hartanya yang sudah banyak, namun kebanyakan waktunya pada siang hari dia habiskan dengan nongkrong di pasar (kalau zaman sekarang di mall dan sebagainya. Melihat orang-orang (yang lewat). Alangkah banyaknya keburukan dan kemungkaran yang melewatinya yang dia lewatin dengan waktunya. Di antara mereka ada yang menyendiri bermain catur. Di antara mereka ada yang menghabiskan waktu dengan kisah-kisah kejadian tentang raja-raja, tentang harga barang yang melonjak dan turun, dan lainnya.

Diriwayatkan bahwa Syaikh Jamaluddin al-Qashimi rahimahullah melewati salah satu warung kopi. Beliau melihat orang-orang yang mengunjungi warung kopi tersebut sedang asyik dalam bermain kartu dan dadu, meminum berbagai minuman, mereka menghabiskan waktu yang lama. Maka beliau berkata, “Seandainya waktu itu bisa dibeli, sungguh pasti saya akan beli waktu mereka!”

Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah juga menyebutkan ada seorang laki-laki yang menghabiskan waktu dan umurnya untuk mengumpulkan dan menumpuk harta. Ketika kematian mendatanginya, dikatakan kepadanya, “Katakanlah laa ilaaha illa Allah,” namun dia tidak mengucapkannya, bahkan dia mulai mengucapkan, “Satu kain harganya 5 dirham, satu kain harganya 10 dirham, ini kain bagus”. Dia selalu dalam keadaan demikian sampai ruhnya keluar, telah benar bahwa seseorang itu akan meninggal sesuai kebiasaannya.

Ya Allah, berilah kami petunjuk untuk mengisi hari-hari kami dengan hal yang bermanfaat dan menjauhi hal yang tidak bermanfaat.

Wallahu a’lam.


2 komentar:

  1. artikel yang menarik. tetap semngat menulis ustadz.
    di bagian yang mengatakan penduduk surga menyesal, mungkin perlu ditinjau lagi,, karena penduduk surga itu sudah penuh dengan kenikmatan dan tidak berangan2 lagi yang lain. tidak ada iri di antara mereka. mungkin bisa baca artikel berikut sebagai faidah. https://muslimafiyah.com/penyesalan-penduduk-surga.html baarakallahu fiik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Masya Allah, setelah ana tinjau kembali ternyata haditsnya telah di do"ifkan lagi oleh syaikh Al-Albani di dalam Al-Silsilah Ad-Dhaiifah.
      baarokallaahu fiik akhy atas masukanya.

      Hapus

The Power Of Doa (Kekuatan Doa)

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâm ‘alâ rasûlillâh, amma ba’du! Setiap untaian doa yang dipanjatkan oleh seorang hamba dis...