اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَـقِيْمَ
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"
Ayat ini sering kita baca khususnya dalam sholat, minimal (paling
sedikit) 17 (tuju belas) kali dalam sehari, saking familiarnya ayat ini semua
jenjang pasti sudah menghafalnya, baik dari anak-anak, dewasa maupun orang tua
dan ayat ini sudah dihafal di luar kepala bukan sekedar hafal arabnya saja
melainkan beserta artinya.
Ayat ini tergolong ayat-ayat pendek akan tetapi kependekan sebuah
ayat tidak mengurangi substansi (makna) yang terkandung didalamnya yang penuh
dengan lautan ilmu serta pelajaran-pelajaran penting. Karena karakteristik
Al-Qur’an adalah penuh dengan petunjuk, ibroh, hikmah, dan ilmu. Begitupun Hadits Jawami’ al-Kalim (kalimatnya ringkas, pendek akan tetapi padat maknanya.)
قال الزهري: معناه: أنه كان صلى الله عليه وسلم يتكلم بالقول الموجز، القليل اللفظ، الكثير المعاني
Artinya: “Az-Zuhri mengatakan, ‘Makna Jawami’
al-Kalim adalah bahwa Nabi ﷺ
berbicara dengan kalimat yang ringkas, lafadznya pendek, namun banyak makna.”
Banyak pelajaran yang bisa kita petik dalam ayat ini, diantaranya dijelaskan
oleh Al-Hafizh Imaduddin Abul Fida
Ismail bin Umar bin Katsir (Ibnu
Katsir) dalam kitab
beliau tafsir Al-Qur’anul Adzim, pelajaran yang bisa kita petik dalam ayat ini
adalah:
PELAJARAN PERTAMA, terdapat metode dalam berdoa, meminta dan memohon kepada Allah. Ayat ini tidak menerangkan hukum
fikih ibadah bagaimana cara sholat dan sebagainya akan tetapi redaksi doa, secara
tidak langsung Allah mengatakan jangan berdoa kepada-Ku sebelum kamu memuji-Ku
terlebih dahulu sebagaimana tercantum pada ayat-ayat sebelumnya:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ
الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ
الْعٰلَمِيْنَ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
Ayat-ayat tersebut merupakan ayat pujian dan termasuk asmaul husna dimana
Allah memerintahkan untuk berdoa dengannya, sebagaimana berfirmannya :
وَلِلّٰهِ
الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ
Artinya: “Dan bagi Allah al-Asma` al-Husna, maka berdoalah
kepada Allah dengannya.” [al-A’râf/7:180].
Ketika
diantara kita hendak berdoa, meminta dan memohon keselamatan agar dijaga dari segala
perkara-perkara yang tidak diinginkan terjadi menimpah kehidupan kita baik
keluarga kita (orang tua, istri dan anak) maupun usaha kita dan seterusnya, haruslah
kita memuji Allah terlebih dahulu dengan nama Al Wakiil (الوكيل ) : Maha Memelihara, Al Hafizh (الحفيظ) : Maha Memelihara, Al Waliyy (الولى) : Maha Melindungi.
Ketika
diantara kita hendak berdoa, meminta dan memohon agar segala dosa dan kesalahan
dimasa lampau yang pernah kita lakukan diampuni baik yang disengaja maupun
tidak disengaja maka hendaklah kita memuji Alllah terlebih dahulu dengan nama Al Ghaffaar (الغفار) : Maha Pengampun, Al Afuww (العفو) : Maha Pemaaf, At Tawwaab (التواب) : Maha Penerima Tobat.
Ketika
diantara kita hendak berdoa, meminta dan memohon agar dilapangkan rezekinya, ditambah rezekinya
maka hendaklah kita memuji Allah terlebih dahulu dengan nama Al Baasith (الباسط) : Maha Melapangkan, Ar Razzaaq (الرزاق) : Maha Pemberi Rezeki, Al Mughnii
(المغنى) : yang maha
memberi kekayaan. Begitupun selanjutnya dalam perkara-perkara yang lain yang
hendak kita meminta kepada Allah.
PELAJARAN KEDUA, menetapkan
segala ibadah hanya kepada Allah sebagaimana dalam ayat:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْ
Ayat ini merupakan ayat penetapan ibadah, segala bentuk ibadah
haruslah diperuntukkan hanya untuk Allah termasuk dalam hal doa.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
الدُّعَاءُ
هُوَ العِبَادَةُ
Artinya: ”Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi no. 2969. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani).
Karena doa adalah ibadah maka jangan kita berdoa, meminta dan memohon kepada makhluk baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Apapun bentuk doa haruslah kepada Allah yang memiliki segala yang ada, yang Maha Kaya, yang bisa menolak mala petaka dan memberikan keselamatan.
Karena doa adalah ibadah maka lakukan sebagaimana ibadah-ibadah yang lain, ringankan tangan kita untuk berdoa kepada Allah atas segala yang kita inginkan, apapun itu, curhatkanlah segala masalah kita kepada Allah, jangan sombong dengan cara mencukupkan diri dengan ibadah-ibadah tertentu namun tidak mau berdoa kepada Allah, jangan pernah kita berpikir dan berkata tidak meminta saja Allah kasih, untuk apa berdoa. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَسْأَلْ الله غَضَبَ اللهُ عَلَيْهِ
Artinya: “Barangsiapa
yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan murka (marah) kepadanya“.
[Sunan At-Tirmidzi, bab Do’a 12/267-268].
Imam Al-Mubarak Furi berkata bahwa orang yang meninggalkan doa berarti sombong dan merasa tidak membutuhkan Allah. Dari hadits di atas menunjukkan bahwa berdoa kepada Allah merupakan kewajiban yang paling agung dan paling utama, karena menghindar dari murka (marah) nya Allah adalah suatu yang menjadi keharusan. [Mura’atul Mashabih 7/358].
Karena doa adalah ibadah maka doa merupakan tauqifiyyah yang ada ketentuan dan tatacara yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta waktu-waktu mustajabnya doa, diantara ketentuan berdoa adalah lafadz-lafadz doa yang mutawatir, satu doa yang kita gunakan untuk berdoa dan itu dari Al-Qur’an dan Hadits lebih baik dari pada ribuan untaian doa yang kita panjatkan kepada Allah namun doa tersebut hasil dari inisiatif sendiri, modivikasi sendiri. Maka hafalkan doa-doa yang sering kita gunakan untuk berdoa kepada Allah walaupun boleh berdoa dengan bahasa apapun akan tetapi jauh lebih baik dan tepat ketika doa itu bersumber dari wahyu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar