DEFINISI KEMERDEKAAN
Dalam Bahasa Arab kemerdekaan disebut dengan
istilah اَلْإِسْتِقْلَالُ yang mengandung arti bebas dan lepas dari segala bentuk
ikatan dan penguasaan pihak lain atau kemampuan mengaktualisasikan diri tanpa
adanya segala bentuk pemaksaan dan kekerasan dari luar dirinya.[1]
sedangkan dalam KBBI, kemerdekaan adalah keadaan
berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya) atau
kebebasan. Istilah lain untuk makna bebas dalam
bahasa Arab disebut juga dengan اَلْحُرُّ
dengan bentuk verbanyaاَلْحُرِّيَّةُ kebebasan.
Dari semua makna kemerdekan di atas menunjukkan bahwa kemerdekaan itu
merupakan kebebasan dari segala bentuk
intervensi, ganguan dan kedzaliman dari pihak manapun, setelah merdeka bukan
berarti bebas melakukan apapun sesuka hatinya tampa menimbang dan melihat baik
dan buruknya sesuatu yang akan dilakukan sehingga akan menjadi
seorang penjajah bagi orang lain, kemerdekaan tetap ada aturan yang mengatur
kebebasan dan kewajiban baik individu maupuk orang lain yang itu harus
ditunaikan, karena bebas bukan berarti bebas dari hak dan kewajiban dan
menjajah orang lain.
Dalam perspektif Islam bahwa kemerdekaan itu telah ada
dan melekat pada diri seseorang, disadari maupun tidak disadari karena
kemerdekaan sifatnya asasi (melekat) bahkan manusia dilahirkan dalam keadaan merdeka,
dilindungi segala hak-haknya sejak kecil. Dengan demikian semua manusia telah merdeka
dan seharusnya bebas dari segala jajahan yang buruk dan membahayakan kehidupan
antara sesama. Namun tidak sedikit diantara kita yang menjajah dirinya sendiri dan
tidak mau merdeka lagi, mereka dikendalikan oleh akalnya sendiri, dogma, hawa
nafsu dan cinta harta, mereka tidak mau tunduk pada wahyu sehingga menjajah
kemerdekaannya sendiri dan orang lain dengan sikap dan perbuatannya.
LARANGAN MENJAJAH KEMERDEKAAN ORANG
LAIN
Allah memberikan kemerdekaan kepada seluruh
hamba-Nya dan
kepadamu maka syukuri jangan ingkari kenikmatan tersebut, jangan menjajah orang lain dengan segala kekuatanmu, menindas yang lemah.
Apapun bentuk jajahan baik itu monopoli, diskriminasi merupakan kedzaliman,
hiduplah dimuka bumi ini sesuai dengan aturan Sang Pencipta alam semesta, jauhi
larangan termasuk menjajah, membuat orang lain tersakiti, maka berjalanlah dengan lurus serta fokus
pada tujuan hidupmu di dunia ini dengan
baik agar selalu dalam kondisi semua merdeka.
Hendaknya kemerdekaan itu bukan sekedar nama dan simbol kebebasan semata malainkan harus diiringi dengan kebebasan jasad, rohani dan perbuatan dari hal-hal yang membinasakan diri sendiri dan orang lain. Islam melarang penjajahan dalam bentuk dan apapun alasannya, Rasulullah ﷺ bersabda:[2]
لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ
“Tidak boleh berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan tidak boleh juga membahayakan orang lain.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Mâjah dan ad-Dâraquthni)
يَا عِبَادِيْ ! إِنِّـيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَـى نَفْسِيْ ، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا ؛ فَلَا تَظَالَـمُوْ…
“Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku
mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram diantara
kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi…” (HR. Muslim (no. 2577), Ahmad (V/154, 160,
177), at-Tirmidzi (no. 2495), Ibnu Mâjah (no. 4257), ‘Abdurrazzâq (no. 20272),
Abu)
كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ
وَعِرْضُهُ
“Setiap muslim atas muslim lainnya
itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim no. 2564]
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ
لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna
imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk
dirinya.” ( HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits-hadits di atas sebagai asas kemerdekaan yang
digaja oleh islam dan tidak boleh menjajah orang lain.
MERAIH KEMERDEKAAN YANG HAKIKI
Sebuah upaya bagi individu untuk meraih kemerdekaan yang hakiki agar tidak
hanya sekedar bebas dari ganguan dan rasa aman ketika di dunia saja akan tetapi supaya
meraih kemerdekaan yang hakiki lagi abadi. Islam telah mengatur sedemikian
macam terkait apa saja yang mengantarkan
seseorang kepada kemerdekaan yang hakiki, kemerdekaan yang sebenarnya dan yang
paling sempurna adalah bebas dari neraka dan masuk surga yang penuh dengan
kenikmatan, itulah kemerdekaan yang hakiki.
Yang perlu disadari, kemerdekaan kita di
dunia bukan berarti kita merdeka di akhirat, sehingga jadikan kemerdekaan di dunia ini sebagai sarana untuk
mencapai kemerdekaan yang hakiki. Sekali merdeka tetaplah merdeka sampai akhirat.
Diantara cara meraih kemerdekaan yang hakiki
adalah:[3]
1. Kemerdekaan Keyakinan
Kemerdekaan keyakinan adalah pemurnian aqidah
sebagaimana kisah perjalanan spritual Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan. (QS.
al-An’am ayat 76-79).
Perjalanan spiritual
tersebut merupakan upaya Nabi Ibrahim untuk membebaskan hidupnya dari keyakinan
nenek moyangnya yang menyembah berhala, dimana perbuatan itu merupakan bentuk kesyirikan yang paling
besar yaitu menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.
Sebesar apapun amalan
seseorang akan terhapus dengan kesyirikan, amalan tersebut tidak akan bernilai sedikitpun dimata Allah bagaikan debu yang bertebaran dan mendapatkan balasan berupa kekal di dalam neraka.
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ
أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
“Sungguh Allah
tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia
mengampuni apa (dosa) yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang Dia
kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar.” (QS. An-Nisaa’/4: 48)
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ
عَنْهُم مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“…Seandainya
mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka ker-jakan.” (Al-An’aam/6: 88)
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ
وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“…Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh Allah
mengharamkan Surga baginya, dan tempatnya ialah Neraka dan tidaklah ada bagi
orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maa-idah/5: 72)
Balasan bagi yang berjumpa
dengan Allah tampa membawa
dosa kesyirikan adalah surga, sebagaimana sabda
Nabi ﷺ
مَن مات لا يشركُ باللهِ شيئًا دخل الجنةَ ،
ومَن مات يشركُ باللهِ شيئًا دخل النارَ
“Barangsiapa yang mati, tanpa berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, ia masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan membawa dosa syirik, maka ia masuk neraka” (HR. Muslim no. 93).
2. Kemerdekaan dalam
Beramal
Kemerdekaan dalam beramal
adalah seseorang harus bebas dari sifat bermalas-malasan
dalam beramal karena malas beramal adalah sebuah sifat yang merugikan, tidak
ada yang paling baik dan bermanfaat bagi seseorang untuk kehidupan jiwa, hati
dan akhiratnya melainkan amal baiknya. Dalam beramal
kita harus antusias dan komitmen dalam mengerjakannya karena itu sebuah
perintah baik besar maupun kecil,
lakukan amalan yang bisa engkau lakukan jangan malas dan menunda-nunda
karena sifat tersebut termasuk sikap menyepelekan kebaikan.
Termasuk kemerdekaan dalam beramal adalah bebas dari amalan-amalan yang tidak ada
tuntunannya karena masih banyak
amalan yang ada tuntunannya yang mungkin
belum kita kerjakan dan istiqomah diatasnya, sehingga mengapa kita sibukan diri
dengan amalan-amalan tersebut yang dikatakan oleh Rasul ﷺ menjadi amalan yang tertolak karena tidak terpenuhinya syarat diterimanya amal perbuatan.
Balasan bagi yang selalu
antusias dan istiqomah dalam melakukan amal kebaikan adalah surga apabila
dilakukan dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ. Sebagaimana Firman Allah
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan
itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu
kerjakan.” (QS. Az-Zukhruf: 72)
3. Kemerdekaan dalam
Bersosial dan Berinteraksi
Kemerdekaan dalam bersosial dan berinteraksi adalah berlepas diri dari
pelaku dzalim dan membebaskan orang lain
dari gangguan dan kedzaliman kita
sendiri sebagaimana pada kisah Nabi Musa ketika membebaskan bangsanya dari
penindasan Fir’aun (QS. Al-Baqarah: 49, Al-A’raf: 127, dan Ibrahim: 6). Fir’aun dikenal sebagai raja yang kejam,
ditakuti, dan dzalim terhadap Bani Israil. Kemudian Nabi Musa diutus oleh Allah ﷻ untuk
menghentikan kekejaman Fir’aun dan membebaskan bangsanya dari penindasan. Dan kemerdekaan
dari kisah keberhasilan Nabi Muhammad dalam mengemban misi kenabian di muka
bumi (QS. Al-Maidah: 3). Nabi Muhammad diutus
Allah di tengah-tengah masyarakat Arab Jahiliyyah yang mengalami tiga
penjajahan sekaligus yaitu disorientasi hidup (QS Luqman: 13), penindasan
ekonomi (QS. Al-Humazah: 1-4), dan kezaliman sosial (QS. Al-Hujurat: 13).
Merdekakan orang lain dari
ganguan dan tindakanmu, jangan mengganggu hak mereka, takutlah terhadap kendzaliman karena kedzaliman akan
gelap pada hari kiamat dan akan dibalas dengan kebaikan apabila kebaikanmu telah
habis maka engkau akan mengambil dosa orang yang telah di dzalimi.
Termasuk kemerdekaan dalam
bersosial dan berinteraksi adalah seseorang harus bebas dari segala bentuk
larangan yang diharamkan baginya, Allah hanya
menerima perkara-perkara yang baik dan menghukum bagi yang
melanggar aturannya.
Wa Allâhu a’lam bish shawwâb.
Marâji’:
[1] Al Fitri. “Kemerdekaan Yang Sesungguhnya” http://www.arsip.pa-manna.go.id/wp-content/uploads/2015/08/Kemerdekaan-Yang-Sesungguhnya.pdf.
[2] Al-Imam An-Nawawi. Hadits Arba’in
An-Nawawiyyah. Kotagede Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif. 2015 M. Cet.k-2.
[3] Admin MUI “Hakikat dan Makna Kemedekaan dalam Alquran, Sebuah
Refleksi” https://mui.or.id/bimbingan-syariah/aqidah-islamiyah/37386/hakikat-dan-makna-kemerdekaan-dalam-alquran-sebuah-refleksi/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar