Selasa, 23 Mei 2023

UNTUK APA ALLAH MENCIPTAKAN KITA?

 


لماذا خلقن الله

UNTUK APA ALLAH MENCIPTAKAN KITA?

Jawaban dari pertanyaan ini tentu semua kita telah mengetahuinya

خلقن الله لنعبده

Artinya: “Allah menciptakan kita untuk beribadah kepadanya”.

Sebagaimana Firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).

Ini menunjukkan bahwa kita semua sadar akan keberadaan diri kita di dunia ini, pertanyaan yang sangat ringan dan jawabannyapun telah kita ketahui bersama, akan tetapi banyak di antara kita yang pura-pura lupa dan pura-pura tidak tau padahal hati kecilnya selalu ingat dan mengingkari atas pura-pura lupa dan pura-pura tidak tau, seakan-akan dia diciptakan hanya untuk bermain-main tanpa ada tujuan hidup layaknya seperti anak kecil yang belum paham apa-apa dan tidak tahu tujuan hidupnya, dia hidup seakan-akan tidak ada norma yang mengaturnya juga dia kira tidak ada konsekuensi dari amal perbuatannya. Sehingga berbagai macam alasan untuk tidak melakukan tujuan hidup yang sebenarnya.

Jangan pernah lupa, ingat dan sadarlah  bahwa apa yang engkau lakukan akan ada pertanggungjawabannya, ada balasan kebaikan dan ada siksaan.

Jangan pernah lupa bahwa hidup ini ada normanya maka jangan engkau langgar, ada perintah dan ada larangan.

Jangan pernah lupa bahwa engkau pasti akan kembali ke negeri akhirat, pikirkan apa yang engkau siapkan, kerjakan apa tujuan engkau diciptakan.

Dalam 1 hari engkau memiliki waktu 24 jam. Berapa jam yang engkau gunakan untuk beribadah kepada Allah? Waktumu lebih banyak engkau habiskan untuk apa? Coba bandingkan antara antusias engkau dalam beribadah dan mencari dunia lebih besar yang mana?

Sudah berapa banyak ibadah-ibadah yang pernah engkau lakukan dari sekian banyak macam-macam ibadah? Jangan berbalik arah.

Kebanyakan kita pola pikirnya sekarang terbalik, tujuan di dunia ini untuk ibadah malah melupakanya demi mencari dan mengejar dunia yang telah jelas baginya, dunia ini haruslah kita jadikan untuk sarana kebaikan akhirat bukan sarana kesedihan dan penyesalan dikemudian hari.

Orang yang mencari dan mengejar dunia, kemudian lupa tujuan dia diciptakan sama seperti orang yang membawa dirinya ke dalam jurang kehancuran dan kebinasaan padahal dia tahu itu bahaya baginya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

Artinya: “Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan dia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Majah (no. 4105); Imam Ibnu Hibban (no. 72–Mawariduzh Zham’an); al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu.

Orang yang mencari dan mengejar dunia kemudian lupa tujuan dia diciptakan, idealnya dia mencari dan mengejar sesuatu yang tidak ada nilainya dimata Allah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

لَـوْ كَـانَتِ الدُّنْـيَـا تَـعْـدِلُ عِـنْـدَ اللّٰـهِ جَـنَـاحَ بَـعُوْضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِـرًا مِنْـهَـا شَرْبَـةَ مَـاءٍ

Artinya: “Seandainya dunia ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala senilai dengan (berat) sayap nyamuk, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan  memberi minum sedikit pun darinya kepada orang kafir”.[14] Shahih: HR. At-Tirmidzi (no. 2320), Ibnu Majah (no. 4110) dan lainnya dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu.

Orang yang mencari dan mengejar dunia kemudian lupa tujuan dia diciptakan, lupa mencari dan mengejar kenikmatan akhirat idealnya dia menukar kenikmatan yang abadi dengan kenikmatan sesaat yang tidak seberapa.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

واللّٰـهِ ، مَا الدُّنْيَا فِـي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَـجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هٰذِهِ – وَأَشَارَ يَـحْيَ بِالسَّبَّابَةِ – فِـي الْيَمِّ ، فَـلْيَنْظُرْ بِمَ تَـرْجِعُ ؟

Artinya: “Demi Allah! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian yang mencelupkan jarinya -Yahya (perawi hadits) berisyarat dengan jari telunjuknya- ke laut, maka lihatlah apa yang dibawa jarinya itu ? “ [13] Shahih: HR. Muslim (no. 2858) dan Ibnu Hibban (no. 4315-at-Ta’lîqatul Hisân) dari al-Mustaurid al-Fihri Radhiyallahu anhu.

Hadits tersebut membandingkan kenikmatan dunia hanya dengan beberapa tetesan air. Ketika seorang diantara kita mencelupkan jari telunjuknya ke dalam laut dan kenikmatan akhirat seluruh sisa air laut selain beberapa tetes tadi, sungguh  berbanding yang sangat  jauh sekali. Dunia ini sedikit dan fana, sedangkan akhirat penuh dengan kenikmatan dan kekal abadi.

Mari jadikan tujuan hidup kita adalah akhirat dan dunia sebagai ladang menuju akhirat. Ingat bahwa kita diciptakan untuk beribadah kepada sang pencipta bukan untuk dunia. Luangkan waktu dan kesempatan untuk beribadah kepadanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman :

يَا ابْنَ آدَمَ ! تَـفَـرَّغْ لِـعِـبَـادَتِـيْ أَمْـلَأْ صَدْرَكَ غِـنًـى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ ، وَإِنْ لَـمْ تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَـمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

Artinya: “Wahai anak Adam! Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu.” [11] Shahih: HR. Ahmad (II/358), at-Tirmidzi (no. 2466), Ibnu Mâjah (no. 4107), dan al-Hâkim (II/443) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah (III/346, no. 1359) dan Shahih at-Targhib wat Tarhib (no. 3166).

Jangan terlalu asyik dengan kegemerlapan dunia yang menipu dan melupakanmu dari tujuan engkau diciptakan, berhati-hatilah. Kenali dunia dengan baik agar engkau tidak terjerumus dan selalu ingat akhiratmu. Cukup bagi pecandu dan pecinta dunia mendapatkan seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah:

مُـحِبُّ الدُّنْيَا لَا يَنْفَكُّ مِنْ ثَلَاثٍ : هَمٌّ لَازِمٌ ، وَتَعَبٌ دَائِمٌ ، وَحَسْرَةٌ لَا تَنْـقَضِـى

Artinya: “Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal: (1) Kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus, (2) Kecapekan (keletihan) yang berkelanjutan, dan (3) Kerugian yang tidak pernah berhenti.” [10] Ighatsatul Lahafan (I/87-88) dan lihat Mawaridul Aman al-Muntaqa min Ighatsatil Lahafan (hlm. 83-84).

Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu sadar atas keberadaan kita di dunia ini.

اللهم آمين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Power Of Doa (Kekuatan Doa)

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâm ‘alâ rasûlillâh, amma ba’du! Setiap untaian doa yang dipanjatkan oleh seorang hamba dis...