Meraih kemuliaan merupakan sebuah hal yang didambakan oleh semua orang, mencari kemuliaan merupakan sebuah kemuliaan, karena dalam mencari kemuliaan harus dengan suatu perbuatan yang baik, tidak sedikit di antara kita yang ingin meraih atau mendapatkan kemuliaan dengan mengafal Al-Qur’an. Tidak diragukan lagi bahwa sesuatu apapun, ketika dibersamai dengan Al-Qur’an maka akan menjadi mulia, bulan ramadhan merupakan bulan yang mulia, karena bulan diturunkannya Al-Qur’an, manusia yang diwahyukan Al-Qur’an kepadanya menjadi manusia terbaik, kota Mekah dan Madinah yang diturunkannya Al-Qur’an menjadi kota yang paling mulia dan suci, begitupun ketika Al-Qur’an ada di dalam dada manusia, pasti akan mulia. Zaman keemasan Islam pada saat itu diantara indikatornya adalah karena Al-Qur’an menjadi pegangan mereka. Di Afrika menjadi sebuah aib apabila tidak menghafal Al-Qur’an di bawah umur 17 tahun.
Kenapa kita harus menghafal Al-Qur’an?
1. Al-qur’an merupakan pedoman (petunjuk) hidup.
Allah ﷻ berfirman:
اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ
Artinya:
“Sesungguhnya Al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus.” (QS: Al-Isra`/17:9).
Petunjuk
dalam Al-Qur`an adalah petunjuk yang lebih lurus, adil, dan paling benar dalam
segala persoalan hidup.
Rasulullahﷺ
bersabda:
وَالْقُرْآنُ
حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
Artinya: “Al-Qur’an ini adalah hujjah yang akan mendukungmu atau hujjah yang akan menentangmu.” (HR. Muslim)
2.
Sebuah kebutuhan yang bernilai ibadah, obat dari segala penyakit, cahaya
kehidupan dan sebagai sarana berinteraksi dengan Allah dalam sholat.
Al-Qur’an adalah cahaya yang tidak bisa dipadamkan. Al-Qur’an adalah jalan yang terang, tidak akan tersesat bagi siapapun yang berjalan di atasnya. Al-Qur’an adalah sumber keimanan dan ilmu, Al-Qur’an merupakan hidangan bagi orang yang berilmu dan penyejuk hati, Al-Qur’an adalah undang-undang kehidupan, juga obat (penyembuh).
Allah ﷻ berfirman:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى
وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ
Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur`an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.) (QS: An-Nahl/16:89).
Allah ﷻ berfirman:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ
Artinya: Katakanlah, “Al-Qur’ân itu adalah petunjuk dan penawar bagi kaum Mukmin.” (QS:Fusshilat/41: 44).
Allah ﷻ berfirman:
ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ
ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً
Artinya:
“Dan Kami turunkan dari
Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.” (QS. Al-Israa’: 82).
Syaikh
Muhammad Al-Amin Asy-Syinqith menjelaskan bahwa maksud obat dalam
ayat ini adalah obat untuk penyakit fisik dan jiwa. Beliau berkata:
ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺎﺀٌ ﻳَﺸْﻤَﻞُ ﻛَﻮْﻧَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً ﻟِﻠْﻘَﻠْﺐِ ﻣِﻦْ
ﺃَﻣْﺮَﺍﺿِﻪِ ; ﻛَﺎﻟﺸَّﻚِّ ﻭَﺍﻟﻨِّﻔَﺎﻕِ ﻭَﻏَﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ، ﻭَﻛَﻮْﻧَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً
ﻟِﻠْﺄَﺟْﺴَﺎﻡِ ﺇِﺫَﺍ ﺭُﻗِﻲَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﻪِ ، ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺪُﻝُّ ﻟَﻪُ ﻗِﺼَّﺔُ ﺍﻟَّﺬِﻱ
ﺭَﻗَﻰ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﺍﻟﻠَّﺪِﻳﻎَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ، ﻭَﻫِﻲَ ﺻَﺤِﻴﺤَﺔٌ ﻣَﺸْﻬُﻮﺭَﺓٌ
Artinya: “Obat yang mencakup obat bagi penyakit hati/jiwa, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah yanh shahih dan masyhur.” (Tafsir Adhwaul Bayan).
3. Pondasi semua ilmu
Al-Qur’an merupakan kitab
induk, rujukan utama bagi segala rujukan,
sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an adalah kitab induk ilmu pengetahuan, dimana tidak ada satu perkara
apapun yang terlewatkan, kecuali sudah tertuangkan di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, baik yang berhubungan
dengan Allah, sesama manusia, alam, lingkungan, ilmu
akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu
emperis, ilmu agama, umum dan sebagainya. Kendati
Al-Qur’an telah diturunkan beberapa abad lalu, namun
ayat-ayatnya banyak yang menjelaskan tentang masa depan dan
bersifat ilmiah. Bahkan dengan kemajuan ilmu dan
teknologi saat ini, banyak dibuktikan kebenarannya melalui
ayat-ayat Al-Qur’an. Al-Qur’an
memiliki kebenaran yang bersifat mutlak
atau absolut.
Sedemikian sempurnanya Al-Qur’an,
maka Al-Qur’an menjadi pondasi untuk semua ilmu, terutama ilmu agama.
Sebagaimana dikatakan oleh para ulama terdahulu, diantaranya adalah perkataan
Ibnu ‘Abdil Barr, salah satu ulama terkenal dari madzhab Maliki, beliau
mengatakan:
القرآن أصل العلم
Artinya: “ Al-Qur’an adalah pondasi ilmu
pengetahuan (ilmu agama) ”.
Al-Qur’an adalah sumber hukum
dalam Islam. Dengan menghafalkan Al-Qur’an, seseorang lebih mudah dalam
mempelajari ilmu agama. Ia mempelajari suatu permasalahan ia dapat mengeluarkan
ayat-ayat yang menjadi dalil terhadap masalah tersebut langsung dari
hafalannya. Yang kemudian ia perjelas lagi dengan penjelasan para ulama mengenai
ayat tersebut.
Ibnu ‘Abdil Barr mengatakan:
طلب العلم درجات ورتب لا ينبغي تعديها، ومن تعداها جملة
فقد تعدى سبيل السلف رحمهم الله، فأول العلم حفظ كتاب الله عز وجل وتفهمه
Artinya:
“Menuntut ilmu itu ada tahapan dan tingkatan yang harus dilalui, barangsiapa
yang melaluinya maka ia telah menempuh jalan salaf rahimahumullah. Dan
ilmu yang paling pertama adalah menghafal kitabullah ‘azza wa jalla dan
memahaminya.” (dinukil dari Limaadza Nahfadzul Qur’an, Syaikh Shalih Al Munajjid).
Bagaimana cara (metode) dalam menghafal Al-Qur’an?
1.
Banyak mendengar dan melihat Al-Qur’an
2.
Membaca
3.
Menghafal
4. Memilih
waktu yang tepat untuk menghafal
5. Memakai
satu Al-Qur’an tidak gonta ganti Al-Qur'an
Mungkin ada yang bertanya bagaimana tips agar selalu semangat dalam
menghafal Al-Qur’an?
1.
Menghafal 2-5 ayat perhari, selain membiasakan diri, hafalan tersebut akan lebih
kuat.
Ibnu
‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata:
نحن نحفظ في اليوم خمس آيات
Artinya: “Kami
menghafalkan Al Qur’an dalam sehari sebanyak lima ayat”.
2.
Kuatkan keinginan untuk menjadi penghafal Al-Qur'an, karena dalam menghafal
akan banyak sekali ditemukan rintangan dan godaan sehingga membutuhkan semangat
yang besar agar tidak terputus dari impian.
Ibnu
Mas’ud berkata:
الحفظ علي قدر النية
Artiny: “Menghafal itu tergantung kesungguhan niat seseorang.”
Apa saja keutamaan bagi orang yang menghafal Al-Qur’an?
1. Derajat di surga tergantung pada hafalan Al-Qur’an
Derajat surga yang didapatkan oleh seseorang itu tergantung pada banyak hafalan
Al-Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya. Semakin
banyak hafalannya, akan semakin tinggi kedudukan yang didapatkannya di surga
kelak.
Rasulullahﷺ
bersabda:
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ
وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ
آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
Artinya:
“Akan dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, bacalah
dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena
kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud 2240, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Abi Daud).
2. Penghafal Al-Qur’an lebih diutamakan untuk menjadi imam
Rasulullahﷺ
bersabda:
يؤمُّ القومَ أقرؤُهم لِكتابِ اللَّهِ
Artinya “Hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang aqra’ terhadap Kitabullah”. (HR. Muslim no. 673, dari sahabat Abu Mas’ud Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu). Makna aqra’ adalah yang paling banyak hafal Al-Qur’an.
3.
Merupakan keluarga Allah di dunia
Rasulullahﷺ
bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا : مَنْ
هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ
وَخَاصَّتُهُ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah mempunyai
keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya
Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan
hamba pilihanNya” (HR. Ahmad).
4.
Mahkota bagi kedua orang tua di hari kiamat kelak
Rasulullahﷺ
bersabda:
مَنْ
قَرَأَ الْقُرْآنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيهِ، أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
Artinya: “Barangsiapa yang menghafal
Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, maka akan dipakaikan kepada kedua orang
tuanya mahkota pada hari kiamat.”
Dalam hadits ini menggabungkan antara ilmu dan amalan, menggabungkan antara pemahaman dan praktek. Karena mengamalkan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an adalah tujuan diturunkannya Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an diturunkan untuk dilaksanakan perintahnya dan dijauhi larangannya serta dibenarkan kabar-kabarnya. Maka tidak layak dan tidak sepantasnya bagi umat Islam sekedar membaca Al-Qur’an tanpa memahami dan mentadabburi, apalagi tidak mengamalkannya.
Kemudian lanjutan hadits tadi:
ضَوْءُهُ
أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِي بُيُوتِ الدُّنْيَا لَوْ كَانَتْ فِيه
“Mahkota tersebut lebih terang
dan lebih baik daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia seandainya
cahaya tersebut ada padanya.”
فَمَا ظَنُّكُمْ
بِالَّذِي عَمِلَ بِهَذَا؟
“Maka bagaimana lagi keadaan orang
yang melakukan perkara tersebut?”
Jika orang tuanya saja mendapatkan
mahkota yang cahayanya lebih baik daripada cahaya matahari, maka bagaimana
balasan anak yang menghafalkan Al-Qur’an? Jika kedua orang tuanya saja
mendapatkan mahkota yang agung, tentu ia akan mendapatkan kemuliaan dan cahaya
yang lebih besar lagi.
5.
Sebab diangkatnya derajat.
Rasulullahﷺ
bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ
آخَرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat suatu kaum dengan sebab al-Qur’an, dan menghinakan yang lainnya dengan sebab al-Qur’ân.” (HR. Muslim).
Cara menjaga hafalan
1.
Murojaah
Terkhusus
digunakan untuk sholat hal ini akan membuat hafalan
kita lebih bagus dan
lebih kuat ketika Imam
Malik ditanya.
كيف نحفظ؟
Artinya:
“Bagaimana kita bisa menghafal Al Qur’an?”
بالتكرار
Beliau menjawab “ dengan banyak mengulang-ngulang”.
2.
Menghafal diwaktu kecil dan di bawah 23 tahun
Saat masih kecil, hati lebih fokus karena sedikit kesibukannya. Dikisahkan dari al-Ahnaf bin Qais, bahwasanya ia mendengar seseorang berkata:
اَلتَّعَلُّمُ فِيْ الصِّغَرِ كَالنَّقْشِ عَلَى الْحَجَرِ
فَقَالَ الْأَحْنَفُ : اَلْكَبِيْرُ أَكْثَرُ عَقْلًا لَكِنَّهُ
أَشْغَلُ قَلْبًا
Artinys:
“Belajar pada waktu kecil, bagaikan mengukir di atas batu”.
Maka al-Ahnaf berkata,”Orang dewasa lebih banyak akalnya, tetapi
lebih sibuk hatinya.”
3.
Jauhi dosa dan maksiat
Imam
asy-Syafi’i berkata:
شَكَوْتُ إِلىَ وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ فَأَرْشَدَنِيْ إِلىَ تَرْكِ الْمَعَاصِي
وَأَخْــبَرَنِيْ بِأَنَّ الْعِلْـمَ نُوْرٌ وَنُوْرُ اللهِ لَا
يُـؤْتىَ لِعَاصِى
Artinya:
“Saya mengadu kepada Waqi’ buruknya hafalanku,
maka
dia menasihatiku agar meninggalkan maksiat.
Dan
ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah Subhanahu wa
Ta’ala tidak diberikan kepada pelaku maksiat.”
Imam
Ahmad ditanya
ما أسرع الوسيلة للحفظ
Artinya:
“Bagaimana cara yang paling cepat untuk menghafalkan Al-Qur’an?”
الزام الحسنات و دع السيئات
Imam Ahmad menjawab “Kiat paling cepat untuk menghafal Al Qur’an adalah rajin lakukan amalan baik dan tinggalkan maksiat.”
4.
Berdoa agar dikaruniai hafalan yang kuat.
Rasulullahﷺ
bersabda:
لَيْسَ
شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
Artinya: “Tidak ada sesuatu yang
paling mulia di sisi Allah daripada doa“. (Sunan At-Timidzi, bab Do’a
12/263, Sunan Ibnu Majah, bab Do’a 2/341 No. 3874. Musnad Ahmad 2/362).
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa
makna hadits tersebut adalah tidak ada sesuatu ibadah qauliyah (ucapan) yang
lebih mulia di sisi Allah daripada doa.