Jumat, 05 Mei 2023

UNTUK APA ENGKAU GUNAKAN WAKTUMU?

Orang barat mengatakan TIME IS MONEY waktu adalah uang, hal ini menunjukkan bahwa waktu itu penting dan berharga sehinga mereka menilai waktu dengan uang, mereka meyakini standar kesuksesan dan keberhasilan adalah terletak pada pemanfaatan waktu sehinga mereka tidak mau waktunya berlalu begitu saja tampa menghasilkan uang dan keuntungan yang besar, orientasi mereka adalah dunia, bagaimana cara menghasilkan uang sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan waktu yang mereka miliki dengan sebaik mungkin. Di dalam Islam waktu itu jauh lebih penting dan berharga tidak dinilai dengan materi dan kekayaan duniawi yang tidak ada nilainya dimata Allah sehinga sangat-sangatlah disayangkan apabila waktu tidak digunakan dalam beramal sholeh untuk kebaikan akhirat. Waktu itu adalah ruhnya kehidupan jika waktu berlalu maka berlalulah usia seseorang, ketika usia telah berakhir maka akan berakhirlah masa hidupnya di dunia, pemanfaatan waktu adalah penentu baik dan buruknya kehidupan seseorang diakhirat kelak tergantung dari pemanfaatan waktu ketika dia hidup di dunia, saking penting dan berharganya waktu sampai Allah bersumpah dengan salah satu makhluk-Nya dalam Al-Quran, hal ini menunjukkan makhluk tersebut memiliki keistimewaan. Allah bersumpah dengan waktu dalam ayat Al-Quran baik secara general dan spesifik:

وَالْعَصْرِ

(demi masa)

وَالْفَجْرِ

(demi waktu fajr)

وَالضُّحٰىۙ

(demi waktu dhuha)

وَالَّيْلِ

(demi waktu malam)


وَالنَّهَارِ

(demi waktu siang)

Waktu merupakan induknya kekayaan, puncak kejayaan dan modal yang dimiliki oleh semua orang, sesuatu apapun yang orang inginkan untuk mencapainya baik dalam hal kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat tentu dengan waktu, waktu adalah kekayaan yang harus dijaga dengan baik dan dimanfaatkan pada hal-hal yang baik, seseorang akan merugi apabila tidak bisa mengunakan kekayaan ini dengan baik. Waktu adalah sesuatu yang penting apabila disia-siakan, di dihambur-hamburkan akan merugi.

Didalam kitab Al-Jawaabul Kaafi karya imam Ibnul Qayim rahimahullahu beliau membawakan perkataan Imam Syafi’I yang sangat familiar.    

 

الوقت سيف فإن قطعته و إلّا قطعتك, و نفسك إن لم تشغلها بالحق و إلاّ شغلتك بالباطل

Artinya: “Waktu laksana pedang (maka dibutuhkan kepandaian dalam mengunakannya dan tidak lalai), jika engkau tidak menggunakannya dengan baik maka ia yang malah akan menebasmu (melukaimu). Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia”.


Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang dimiliki oleh seseorang apabila tidak digunakan dalam perkara yang positif atau dihabiskan dalam perkara kebikan tentu akan menghabiskanya dalam perkara yang negatif dan perkara yang sia-sia, oleh karena itu gunakanlah waktumu kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat. Dan jangan menghabiskan waktu dengan perkara yang sia-sia.

 

Waktu kita hidup di dunia ini sangat-sangatlah singkat akan tetapi merupakan harta yang paling berharga sekaligus penentu bagi setiap orang untuk kehidupannya kelak. Waktu merupakan nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat dihitung. Jika waktu yang sedikit ini digunakan untuk berbuat kebaikan, maka ia sangatlah beruntung. Sebaliknya jika waktu yang sedikit lagi singkat ini disia-siakan dan dilalaikan dengan cara bermalas-malasan dalam berbuat kebajikan maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan waktu yang berlalu tidak mungkin bisa kembali selamanya, seharusnya kita sadar dan menyadari bahwa waktu itu sesuatu yang sangat berharga bagi seorang hamba, sangat amat disayangkan jika waktu itu berlalu begitu saja tanpa ada selipan kebaikan dan ketaatan di dalamnya. Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata:

ما ندمت على شيء ندمي على يوم غربت شمسه نقص فيه أجلي و لم يزد فيه عملي

Artinya: “Tidak ada sesuatu yang pernah kusesali selain keadaan dimana matahari tenggelam usiaku berkurang akan tetapi ajalku makin dekat namun amalku tidak bertambah”.

Pernakah kita merasa menyesal disaat kita bermalas-malasan dalam beramal sholeh dimana waktu kita berlalu begitu saja tampa ada amal sholeh yang dilakukan didalamnya? Perlu kita ketahui dan sadari bahwa salah satu tanda Allah menelantarkan seorang hamba adalah dengan cara Allah jadikan ia sibuk dalam perkara yang sia-sia.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:

من علامة إعراض الله عن العبد أن يجعله شغله فيما لا يعنيه خذلانا من الله عزوجل

Artinya: “Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam perkara yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya” (Al Bahrur Ra’iq, hal. 70).

Kita harus menghiasi hari-hari kita disetiap saat dan waktu untuk menghasilkan nilai-nilai ibadah dimanapun kita berada dan dalam kondisi apupun karena waktu dan kesempatan merupakan anugerah yang sangat besar  lagi mulia dan tidak ada yang paling mengetahui betapa besarnya anugerah waktu melainkan orang-orang yang hilang darinya kesempatan atau tidak memiliki lagi kesempatan sehinga tidak ada keburukan pada waktu dan kesempatan melainkan manusianya yang buruk, merugi lagi tercela ketika tidak memanfaatkannya dengan baik, baik karena enggan, bermalas-malasan ataupun menunda-nunda untuk beramal ketaatan. Kita tidak tahu kapan berakhir waktu hidup kita didunia, maka dari itu Allah Ta’ala banyak memerintahkan untuk segera berlomba-lomba dalam ketaatan. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan umatnya untuk bersegera melakukan amalan-amalan shalih.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Wahai anak Adam janganlah engkau menunda-nunda (dalam melakukan perkara-perkara yang baik) karena engkau memiliki kesempatan pada hari ini (apa yang bisa dilakukan, dikerjakan hari ini lakukan, kerjakan hari ini, jangan menunda-nunda), adapun besok maka lakukanlah pada esok hari sebagaimana engkau lakukan pada hari ini (kalau menunda-nunda bisa jadi kesempatan itu akan hilang tidak datang kembali, kesempatan itu tidak datang kedua kali baik karena kondisi dan keadaan yang tidak mendukung seperti sakit, sibuk dan banyak pekerjaan lain yang diprioritaskan). Jika engku tidak bertemu esok hari engkau tidak akan menyesali sikapmu yang menyia-nyiakan hari ini” (Taqribuz Zuhd, 1/28).

Dalam sya’ir Arab juga disebutkan,

وَ لاَ تَرْجِ عَمَلَ اليَوْمِ إِلَى الغَدِ

لَعَلَّ غَدًا يَأْتِي وَ أَنْتَ فَقِيْدُ

Artinya: “Janganlah engkau menunda-nunda amalan hari ini hingga besok

Seandainya besok itu tiba, mungkin saja engkau akan kehilangan.”

 

Dari Abu Ishaq, ada yang berkata kepada seseorang dari ‘Abdul Qois, “Nasehatilah kami.” Ia berkata, “Hati-hatilah dengan sikap menunda-nunda (nanti dan nanti).”

Al Hasan Al Bashri berkata, “Hati-hati dengan sikap menunda-nunda. Engkau sekarang berada di hari ini dan bukan berada di hari besok. Jika besok tiba, engkau berada di hari tersebut dan sekarang engkau masih berada di hari ini. Jika besok tidak menghampirimu, maka janganlah engkau sesali atas apa yang luput darimu di hari ini.” (Dinukil dari Ma’alim fii Thariq Tholab Al-‘Ilmi, Dr. ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Abdillah As Sadhaan, 30, Darul Qabis)

 

Waktu adalah nikmat yang sungguh luar biasa yang kita miliki. Waktu tak bisa dinilai dengan materi dan kekayaan. Waktu berjalan dengan cepat dan tidak terasa, waktu yang berjalan tidak akan bisa terulang kembali. Waktu adalah kehidupan, jika waktu habis maka habislah kehidupan, bersyukurlah saat ini kita masih diberi waktu, terkhusus waktu untuk memperbaiki dan memperkuat ketaatan kita pada-Nya.

Waktu adalah salah satu nikmat yang agung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia. Sudah sepantasnya manusia memanfaatkannya secara baik, efektif dan semaksimal mungkin untuk amal shalih.

Betapa penting dan berharganya waktu:

1.    Waktu adalah modal bagi manusia apabila modal tersebut tidak digunakan dengan baik maka akan merugi.

2.    Waktu sangat cepat berlalu, berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung) sehingga jangan sia-siakan dengan perkara-yang sia-sia.

3.    Waktu yang berlalu tidak akan pernah datang kembali dan waktu yang berlalu akan menjadi catatan baik atau buruk.

Pepatah Arab juga mengatakan:

اَلْوَقْتُ أَنْفَاسٌ لَا تَعُوْدُ

Artinya: “Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”

4.    Waktu lebih mahal dari pada uang karena uang bisa dicari dengan waktu sedangkan waktu tidak  bisa dibeli dengan uang. Waktu sangatlah berharga. Begitu berharganya waktu, menyia-nyiakannya adalah bentuk puncak kerugian, bahkan lebih berbahaya dari kematian.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

إضاعةُ الوقت أشدُّ من الموت ؛ لأنَّ إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرةوالموتُ يقطعك عن الدنيا وأهلها

 

Artinya: “Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya daripada kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (memisahkanmu) dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya serta keluarganya”. [Al-Fawaid hal 44].

Apabila waktu disia-siakan terus-menerus maka untuk apa kita hidup? Karena waktu yang kita miliki tidak bermanfaat baik untuk diri kita dan orang lain. Waktu hanya digunakan untuk bermain-main dan bersenda gurau saja?

 

Orang yang cerdas yang mendambakan kesuksesan dunia-akhirat akan sangat menyesal jika waktunya terbuang percuma tanpa manfaat dan faidah. Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.” (Lihat Miftahul Afkar).

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:

أَدْرَكْتُ أَقْوَامًا كَانَ أَحَدُهُمْ أَشَحَّ عَلَى عُمْرِهِ مِنْهُ عَلَى دَرَاهِمِهِ وَدَنَانِيْرِهِ

Artinya: “Aku telah menemui orang-orang yang sangat bakhil terhadap umurnya (waktunya) daripada terhadap dirham dan dinarnya (hartanya, karena dalam masalah harta mereka sangat royal)”.

Sebagian penyair berkata:

وَالْوَقْتُ أَنْفَسُ مَا عَنَيْتَ بِحِفْظِهِ … وَأَرَاهُ أَسْهَلَ مَا عَلَيْكَ يُضَيَّعُ

Artinya: “Waktu adalah perkara paling mahal yang perlu engkau perhatikan untuk dijaga, akan tetapi aku melihatnya bahwa waktu paling mudah engkau menyia-nyiakannya”.

5.    Manusia tidak mengetahui kapan berakhirnya waktu yang diberikan untuknya. Oleh karena itu Allah Ta’ala banyak memerintahkan untuk bersegera dan berlomba dalam ketaatan. Demikian juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar bersegera melaksanakan amal-amal shalih. Para ulama telah memperingatkan agar seseorang tidak menunda-nunda amalan.

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:

اِبْنَ آدَمَ إِيَّاكَ وَالتَّسْوِيْفَ فَإِنَّكَ بِيَوْمِكَ وَلَسْتَ بِغَدٍّ فَإِنْ يَكُنْ غَدٌّ لَكَ فَكُنْ فِي غَدٍّ كَمَا كُنْتَ فِيْ الْيَوْمَ وَإِلَّا يَكُنْ لَكَ لَمْ تَنْدَمْ عَلَى مَا فَرَّطْتَ فِيْ الْيَوْمِ

Atinya: “Wahai anak Adam, janganlah engkau menunda-nunda (amalan-amalan), karena engkau memiliki kesempatan pada hari ini, adapun besok pagi belum tentu engkau memilikinya. Jika engkau bertemu besok hari, maka lakukanlah pada esok hari itu sebagaimana engkau lakukan pada hari ini. Jika engkau tidak bertemu esok hari, engkau tidak akan menyesali sikapmu yang menyia-nyiakan hari ini”.

Kesempatan hanya datang satu (1) kali, hari ini dan besok berbeda kendatipun sama nama harinya.

6.    Waktu itu dinilai penting dan berharga ketika sakit dan tidak ontime.   

Ada 3 kondisi kenapa manusia menyia-nyiakan waktu:

Kondisi pertama, tidak menetapkan tujuan hidup. Oleh karena itu, seorang muslim wajib mengetahui bahwa tujuan Allah menciptakannya adalah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. [adz-Dzariyat/51:56].

Dia harus mengetahui bahwa dunia ini adalah tempat beramal, bukan tempat santai dan main-main, sebagaimana firman-Nya:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Artinya: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” [al-Mukminun/23 : 115].

Dunia adalah sawah ladang akhirat. Jika engkau menanam kebaikan di dunia ini, maka engkau akan memetik kenikmatan abadi di akhirat kelak. Jika engkau menanam keburukan di dunia ini, maka engkau akan memetik siksaan pedih di akhirat kelak.

Namun demikian, ini bukan berarti manusia tidak boleh bersenang-senang dengan perkara yang Allah ijinkan di dunia ini, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

 

Artinya: “Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan paling takwa di antara kamu kepada Allah, tetapi aku berpuasa dan berbuka, shalat (malam) dan tidur, dan aku menikahi wanita-wanita. Barangsiapa membenci sunnahku, maka ia bukan dariku”. [HR al-Bukhari, no. 4776; Muslim, no. 1401]

kondisi kedua, tidak memahami nilai dan urgensi waktu

kondisi ketiga, lemahnya kehendak dan tekad atau kemauan untuk beramal kebaikan.

Banyak orang mengetahui nilai dan urgensi waktu, dan mengetahui perkara-perkara bermanfaat yang seharusnya dilakukan untuk mengisi waktu, akan tetapi karena lemahnya kehendak dan tekad atau kemauan untuk beramal kebaikan, mereka tidak melakukannya. Maka seorang muslim wajib mengobati perkara ini dan bersegera serta berlomba-lomba melaksanakan amalan-amalan sholeh, serta memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala, kemudian bergabung dengan teman-teman yang shalih.

Jika kita benar-benar mengerti tujuan hidup, dan kita benar-benar memahami nilai waktu, maka seharusnya kita isi waktu kita dengan perkara yang akan menjadikan ridha Penguasa kita, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus. Aamiin.


2 komentar:

The Power Of Doa (Kekuatan Doa)

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâm ‘alâ rasûlillâh, amma ba’du! Setiap untaian doa yang dipanjatkan oleh seorang hamba dis...