Bulan
Ramadhan yang selalu kita harapkan kedatangannya;
Bulam
Ramadhan yang selalu kita meminta, berdoa dan berharap kepada Allah agar
dipertemukan atau diperjumpakan kembali dengannya;
Bulan
Ramadhan yang selalu kita cita-citakan untuk mengumpulkan amal kebaikan
sebanyak-banyaknya di dalamnya;
Bulan
Ramadhan yang kita rindukan untuk menikmati suasana hari-harinya dengan
berkumpul, bersilaturahmi dengan keluarga, shalat tarawih berjamaah, mendengarkan
lantunan Al-Qur’an dimana-mana;
Bulan
Ramadhan yang penuh keberkahan, kemuliaan, pintu kebaikan dibuka
selebar-lebarnya dan pintu kefasikan, kefakiran
ditutup serapat-rapatnya, telah tiba di tengah-tengah kita, telah ada di
depan kita. ini merupakan suatu kenikmatan yang sangat besar, kenikmatan yang
sangat mulia dan kenikmatan yang sangat agung yang patut kita syukuri bersama;
Bulan
Ramadhan adalah momen yang selalu istimewa
disetiap tahunnya, hadirnya selalu mebawa
semangat, antusias baru, serta komitmen untuk meningkatkan dan memperbaiki amal ibadah dan ketaatan
kepada Allah.
Maka
optimalkan dalam memanfaatkan kesempatan dan momen ini dengan
memperbanyak amal ibadah, kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Shalat
5 waktu harus dijaga, bacaan Al-Qur’an harus dirutinkan begitupun amalan-amalan
yang lain. Kenapa karena Bulan Ramadhan
adalah bulan peningkatan amal ibadah, kebaikan dan ketaatan, terutama
amal-amal yang fardhu, sebab fadhail (keutamaannya) jauh lebih besar dan harus diprioritaskan
karena merupakan sebuah kewajiban.
Salah
satu metode, cara, kaifiyah agar kita bisa mengumpukan amal ibadah
sebanyak-banyaknya dibulan pelipatan ganjaran suatu amal ibadah dan kebaikan
ini adalah dengan cara memasang kemauan, keinginan, tekad
atau azam yang kuat dalam diri kita dari sekarang, karena sesungguhnya kebaikan,
ibadah, ketaatan itu terlaksanakan, terealisasikan, terwujud ketika adanya
kemauan, tekad, keinginan yang kuat dalam diri kita.
Kita
harus sadar bahwa tantangan terberat bagi
kita adalah diri kita sendiri. Bagaimana
cara melawan hawa nafsu yang selalu condong kepada kemaksiatan, rasa goflah, lalai
dan bermalas-malasan dalam beramal yang selalu menyapa dan menghampiri diri
kita setiap saat dan kondisi.
Orang
yang memiliki kemauan, tekad dan azam yang tinggi dia tidak akan berleha-leha,
santai, bermalas-malasan, selow dan dia tidak akan membiarkan dirinya terluput
darinya 1 (satu) keutamaan, terluput darinya 1 (satu) kebaikan apalagi banyak,
sebab dia mengetahui pahala dan ganjaran yang akan dia raih, yang akan dia peroleh , yang akan dia dapatkan
dan kerugian serta penyesalan ketika dia berleha-leha, bersantai-santai,
bermalas-malasan dibulan Ramadhan ini.
Ada
sebuah surat yang sangat indah ditulis oleh seoram imam, seorang ulama besar
yang bernama Hasan Al-Bashri untuk Umar bin Abdul Aziz. Beliau
mengatakan:
Barang
siapa yang mengevaluasi diri, dia akan beruntung;
Barang
siapa yang lalai mengevaluasi diri, maka dia akan
merugi;
Barang
siapa yang mempertibangkan akibat suatu perbuatan, niscaya
dia akan selamat.
Sebab itu
kita harus mengevaluasi diri kita masing-masing, mengintrospeksi/muhasabah
diri kita masing-masing betapa seringkah
kita melakukan kebaikan, ketaatan kepada
Allah, betapa seringkah kita menjaga perintah-perintah Allah
dan menjauhi larangan-larangannya?
Apakah
keburukan, kemaksiatan, kelalaian untuk menjalankan perintah Allah itu lebih dominan, lebih banyak daripada amal kebaikan dan ketaatan kita? Ataukah
kebaikan dan ketaatan kita lebih dominan dari pada dosa dan maksiat? Semua
kita memiliki jawaban masing-masing dan kita sendiri yang lebih paham terkait
keadaan diri kita.
Kalau
sekiranya kita lebih dominan, lebih sering dan banyak melakukan kebaikan
daripada dosa dan maksiat, maka ditambah lagi antusiasnya dalam melakukan kebaikan-kebaikan
yang lain dan yang terpenting adalah tetap istiqomah, karena
masih banyak amalan-amalan, kebaikan-kebaikan dalam Islam
yang belum kita kerjakan seluruhnya sebagaimana ada seorang laki-laki yang
datang kepada Rasulullah mengeluh tentang banyaknya syariat Islam
dan hadits ini menunjukkan bahwa amalan dalam Islam
itu sangatlah banyak, dia berkata:
Artinya:
“Wahai Rasulullah, syariat Islam terlalu banyak bagi
kami. Karena itu, (tunjukkanlah) satu amalan yang mencakup
seluruhnya, yang akan kami pegang teguh”. (HR. Imam Ahmad).
Ataupun
kita sudah banyak melakukan macam-macam amalan dalam Islam, akan
tetapi sudahkah kita melakukannya dengan
istiqomah? Kalau belum, maka istiqomahlah, karena istiqomah, konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh
Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ’Aisyah –radhiyallahu
’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا
وَإِنْ قَلَّ
Artinya:
”Amalan yang
paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan beliau selalu berkeinginan keras untuk
merutinkannya, Istiqomah, konsekuen.
An-Nawawi rahimahullah mengatakan,
”Ketahuilah bahwa amalan yang sedikit namun konsekuen dilakukan, itu lebih baik
dari amalan yang banyak namun cuma sesekali saja dilakukan. Amalan sedikit namun konsekuen dilakukan akan
memberikan ganjaran yang besar dan berlipat ganda dibandingkan dengan amalan
yang banyak yang besar namun sesekali saja dilakukan.”
Ibnu Rajab Al-Hambali
menjelaskan, ”Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
adalah amalan yang konsekuen dilakukan (kontinu). Beliau pun melarang
memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah
melarang melakukan hal ini pada sahabat ’Abdullah bin ’Umar.” Yaitu Ibnu
’Umar dicela karena meninggalkan amalan shalat malam.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al
‘Ash radhiyallahu
‘anhuma, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata padanya:
يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ
يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
Artinya: ”Wahai
‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat
malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.”
Kalau sekiranya kita lebi dominan, lebih banyak
melakukan dosa dan maksiat daripada kebaikannya
maka jangan berputus asa dari rahmat Allah. Ingatlah Firman Allah:
قُلْ يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ
الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
Artinya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada
Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian
kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).
Ayat ini adalah sebuah
seruan untuk semua orang yang terjerumus dalam dosa dan maksiat, untuk
bertaubat dan kembali kepada
Allah serta memberikan kabar gembira bahwa Allah mengampuni semua dosa bagi
siapa saja yang bertaubat dan kembali pada-Nya. Walaupun dosa tersebut amat banyak,
meski bagaikan buih di lautan (yang tak mungkin terhitung). Dalam ayat lain disebutkan:
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ
Artinya: “Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya
Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya? ” (QS. At Taubah: 104).
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا
أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا
رَحِيمًا
Artinya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia mohon ampun kepada Allah,
niscaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An
Nisa’: 110).
Ampunan
Allah masih luas dan terbuka untuk semua hamba-hambanya, untuk kita semua dari pagi ke pagi lagi, 24 jam tetap terbuka
selama nyawa belum berada di gorgor (tenggorokan) dan
matahari belum terbit dari barat.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ ،
وَبِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ
Artinya: “Sungguh, Allah meluaskan tangannya pada malam hari untuk
menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah meluaskan
tangannya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di
malam hari” (HR. Muslim no.7165).
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam juga bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا
لمَ ْيُغَرْغِرْ
Artinya: “Sungguh Allah menerima taubat hambanya selama nyawa belum
sampai di kerongkongan” (HR. At Tirmidzi, 3880. Ia berkata: “Hadits ini
hasan gharib”. Di-hasan-kan oleh Al Albani dalam Shahih Sunan At
Tirmidzi).
Manusia tidak ada yang selalu dalam zona aman, selalu melakukan kebaikan
dan ketaatan, pasti atau tentu dia akan jatuh pada dosa dan kemaksiatan dan itu sifat
manusia Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Artinya: “Setiap manusia pasti banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat
” (HR. Tirmidzi no.2687. At
Tirmidzi berkata: “Hadits ini gharib”. Di-hasan-kan Al Albani dalam Al Jami Ash
Shaghir, 291/18).
Perhatikan dalam hadits ini digunakan kata خطاء yang artinya: banyak berbuat
salah. Namun kata Nabi setelah itu, “sebaik-baik orang yang berbuat salah
adalah orang yang sering bertaubat”. Ini isyarat bahwa orang yang dosanya
banyak, termasuk orang yang mengulang dosa yang sama setelah bertaubat, tetap akan
diterima taubatnya. Dan Amal perbuatan itu tergantung pada akhir, kalau diakhirnya
baik maka perbuatan dosa dan maksiatnya terdahulu akan diampuni dengan amal
kebaikannya itu.
Allah ‘azza wa jalla berfirman:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ
ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang
yang selalu mengingat (Allah)” (QS. Hud: 114).
Masalalu biarlah berlalu, karena yang tulus
mencintai kita tidak akan meningalkan kita, cieeeee ini kata-kata
anak muda. masalalu biarlah berlalu, karena kita tidak bisa
mengulanginnya lagi, yang harus kita pikirkan sekarang bagaimana menjadi hamba
yang lebih baik dari yang sebelumnya, memanfaatkan sisa umur
ini, baik yang sekarang kita jalani dan yang akan kita lalui nanti atau yang
akan datang.
Masalalu biarlah berlalu, mari kita buka lembaran baru untuk
meraih, mencapai kehidupan yang penuh dengan kebaikan dan ketaatan. Allah tidak melihat background (latar belakang) kita, Allah tidak melihat masalalu kita seperti apa, yang Allah lihat
adalah akhir amal kita.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا
Artinya: “Sungguh setiap amal tergantung pada bagian akhirnya” (HR.
Bukhari no. 6493).
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam juga bersabda:
الرجلَ ليعمل الزمنَ الطويلَ بعمل أهلِ الجنَّةِ ، ثم يُختَمُ له عملُه بعمل
أهلِ النَّارِ ، و إنَّ الرجلَ لَيعمل الزمنَ الطويلَ بعملِ أهلِ النَّارِ ثم
يُختَمُ [ له ] عملُه بعمل أهلِ الجنَّةِ
Artinya: “Ada seseorang yang dia sungguh telah beramal dengan amalan
penghuni surga dalam waktu yang lama, kemudian dia menutup hidupnya dengan
amalan penghuni neraka. Dan ada seseorang yang dia sungguh telah beramal dengan
amalan penghuni neraka dalam waktu yang lama, lalu ia menutup hidupnya dengan
amalan penghuni surga” (HR. Al Bukhari no. 2898, 4282, Muslim no. 112,
2651).
.....................
Marilah
kita jadikan Ramadhan ini sebagai batu loncatan untuk kembali kepada jalan yang
benar yang diridhoi oleh Allah dan Rasulnya dan menuju
insan yang lebih baik lagi, karena pada bulan inilah kita dianjurkan
untuk kembali kepada Allah, dari kemaksiatan kepada ketaatan. Ada
ungkapan yang sangat bagus:
ياذاالذي ماكفاه الذنوب في رجب . حتى عصي ربه في شهر شعبان
Artinya: “Wahai jiwa yang tak puas melakukan dosa di bulan Rajab (muharram, shafar,
rabiul awwal, rabiul tsani, jumadil ula, jumadil
tsani, rajab, sya’ban, ramadhan,
syawwal, dzul qo’dah, dzul hijjah)
Hingga Dia masih saja melakukan kemaksiatan di bulan sya’ban
لقد اظلك شهر الصوم بعد هما . قلا تصيره أيضا شهر عصيان
Telah tiba bulan setelah keduanya bulan ramadhan. Maka janganlah jadikan bulan (ramadhan) ini bulan penuh dengan dosa
وا تل القران وسبح فيه مجتهدا
. فإنه شهر تسبيح و قران
Bacalah Al-Qur’an dan bertasbihlah dengan penuh kesungguhan. Karena bulan ini bulan
bertasbih dan membaca Al-Qur’an
كم كنت تعرف ممن صام سلف . من بين اهل وجير ان واجوان
Berapa
banyak orang yang engkau kenal yang dulunya berpuasa bersama mu. Dari kalangan
keluarga, tetangga dan saudaramu
افناهم الموت واستبقك بعدهم . حيافما اقرب القاضي من الداني
Tetapi kematian menjemput mereka dan engkau akan mengikuti mereka. Maka alangkah dekat generasi dahulu dan generasi sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar