Senin, 12 Juni 2023

MOTIVASI BERAMAL DIBULAN RAMADHAN

 


Bulan Ramadhan yang selalu kita harapkan kedatangannya;

Bulam Ramadhan yang selalu kita meminta, berdoa dan berharap kepada Allah agar dipertemukan atau diperjumpakan kembali dengannya;

Bulan Ramadhan yang selalu kita cita-citakan untuk mengumpulkan amal kebaikan sebanyak-banyaknya di dalamnya;

Bulan Ramadhan yang kita rindukan untuk menikmati suasana hari-harinya dengan berkumpul, bersilaturahmi dengan keluarga, shalat tarawih berjamaah, mendengarkan lantunan Al-Qur’an dimana-mana;

Bulan Ramadhan yang penuh keberkahan, kemuliaan, pintu kebaikan dibuka selebar-lebarnya dan pintu kefasikan, kefakiran ditutup serapat-rapatnya, telah tiba di tengah-tengah kita, telah ada di depan kita. ini merupakan suatu kenikmatan yang sangat besar, kenikmatan yang sangat mulia dan kenikmatan yang sangat agung yang patut kita syukuri bersama;

Bulan Ramadhan adalah momen  yang selalu istimewa disetiap tahunnya, hadirnya selalu mebawa  semangat, antusias baru, serta komitmen untuk meningkatkan dan  memperbaiki amal ibadah dan ketaatan kepada Allah.

Maka optimalkan dalam memanfaatkan kesempatan dan momen ini dengan memperbanyak amal ibadah, kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Shalat 5 waktu harus dijaga, bacaan Al-Qur’an harus dirutinkan begitupun amalan-amalan yang lain. Kenapa karena  Bulan Ramadhan adalah bulan peningkatan amal ibadah, kebaikan dan ketaatan, terutama amal-amal yang fardhu, sebab fadhail (keutamaannya) jauh lebih besar dan harus diprioritaskan karena merupakan sebuah kewajiban.

Salah satu metode, cara, kaifiyah agar kita bisa mengumpukan amal ibadah sebanyak-banyaknya dibulan pelipatan ganjaran suatu amal ibadah dan kebaikan ini adalah dengan cara memasang kemauan, keinginan, tekad atau azam yang kuat dalam diri kita dari sekarang, karena sesungguhnya kebaikan, ibadah, ketaatan itu terlaksanakan, terealisasikan, terwujud ketika adanya kemauan, tekad, keinginan yang kuat dalam diri kita.

Kita harus sadar bahwa tantangan terberat bagi  kita adalah diri kita sendiri. Bagaimana cara melawan hawa nafsu yang selalu condong kepada kemaksiatan, rasa goflah, lalai dan bermalas-malasan dalam beramal yang selalu menyapa dan menghampiri diri kita setiap saat dan kondisi.

Orang yang memiliki kemauan, tekad dan azam yang tinggi dia tidak akan berleha-leha, santai, bermalas-malasan, selow dan dia tidak akan membiarkan dirinya terluput darinya 1 (satu) keutamaan, terluput darinya 1 (satu) kebaikan apalagi banyak, sebab dia mengetahui pahala dan ganjaran yang akan dia raih,  yang akan dia peroleh , yang akan dia dapatkan dan kerugian serta penyesalan ketika dia berleha-leha, bersantai-santai, bermalas-malasan dibulan Ramadhan ini.

Ada sebuah surat yang sangat indah ditulis oleh seoram imam, seorang ulama besar yang bernama Hasan Al-Bashri untuk Umar bin Abdul Aziz. Beliau mengatakan:

Barang siapa yang mengevaluasi diri, dia akan beruntung;

Barang siapa yang lalai mengevaluasi diri, maka dia akan merugi;

Barang siapa yang mempertibangkan akibat suatu perbuatan, niscaya dia akan selamat.

Sebab itu kita harus mengevaluasi diri kita masing-masing, mengintrospeksi/muhasabah diri  kita masing-masing betapa seringkah  kita melakukan kebaikan, ketaatan kepada Allah, betapa seringkah kita menjaga perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya?

Apakah keburukan, kemaksiatan, kelalaian untuk menjalankan perintah Allah itu lebih  dominan, lebih banyak  daripada amal kebaikan dan ketaatan kita? Ataukah kebaikan dan ketaatan kita lebih dominan dari pada dosa dan maksiat? Semua kita memiliki jawaban masing-masing dan kita sendiri yang lebih paham terkait keadaan diri kita.

Kalau sekiranya kita lebih dominan, lebih sering dan banyak melakukan kebaikan daripada dosa dan maksiat, maka ditambah lagi antusiasnya dalam melakukan kebaikan-kebaikan yang lain dan yang terpenting adalah tetap istiqomah, karena masih banyak amalan-amalan, kebaikan-kebaikan dalam Islam yang belum kita kerjakan seluruhnya sebagaimana ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah mengeluh tentang banyaknya syariat Islam dan hadits ini menunjukkan bahwa amalan dalam Islam itu sangatlah banyak, dia berkata:

Artinya: “Wahai Rasulullah, syariat Islam terlalu banyak bagi kami. Karena itu, (tunjukkanlah) satu amalan yang mencakup seluruhnya, yang akan kami pegang teguh”. (HR. Imam Ahmad).

Ataupun kita sudah banyak melakukan macam-macam amalan dalam Islam, akan tetapi sudahkah kita melakukannya dengan istiqomah? Kalau belum, maka istiqomahlah, karena istiqomah, konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ 

Artinya: ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan beliau selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya, Istiqomah, konsekuen.


An-Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Ketahuilah bahwa amalan yang sedikit namun konsekuen dilakukan, itu lebih baik dari amalan yang banyak namun cuma sesekali saja dilakukan.
Amalan sedikit namun konsekuen dilakukan akan memberikan ganjaran yang besar dan berlipat ganda dibandingkan dengan amalan yang banyak yang besar namun sesekali saja dilakukan.”

Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan, ”Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah amalan yang konsekuen dilakukan (kontinu). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat ’Abdullah bin ’Umar.” Yaitu Ibnu ’Umar dicela karena meninggalkan amalan shalat malam.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padanya:

يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ

Artinya: ”Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.”

Kalau sekiranya kita lebi dominan, lebih banyak melakukan dosa dan maksiat daripada kebaikannya maka jangan berputus asa dari rahmat Allah. Ingatlah Firman Allah:

 

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

Artinya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).

Ayat ini adalah sebuah seruan untuk semua orang yang terjerumus dalam dosa dan maksiat, untuk bertaubat dan kembali kepada Allah serta memberikan kabar gembira bahwa Allah mengampuni semua dosa bagi siapa saja yang bertaubat dan kembali pada-Nya. Walaupun dosa tersebut amat banyak, meski bagaikan buih di lautan (yang tak mungkin terhitung). Dalam ayat lain disebutkan:

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ

Artinya: “Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya? ” (QS. At Taubah: 104).

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

Artinya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia mohon ampun kepada Allah, niscaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110).

Ampunan Allah masih luas dan terbuka untuk semua hamba-hambanya, untuk kita semua  dari pagi ke pagi lagi, 24 jam tetap terbuka selama nyawa belum berada di gorgor (tenggorokan) dan matahari belum terbit dari barat.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ ، وَبِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ

Artinya: “Sungguh, Allah meluaskan tangannya pada malam hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah meluaskan tangannya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di malam hari” (HR. Muslim no.7165).

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam juga bersabda:

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لمَ ْيُغَرْغِرْ

Artinya: “Sungguh Allah menerima taubat hambanya selama nyawa belum sampai di kerongkongan” (HR. At Tirmidzi, 3880. Ia berkata: “Hadits ini hasan gharib”. Di-hasan-kan oleh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).

Manusia tidak ada yang selalu dalam zona aman, selalu melakukan kebaikan dan ketaatan, pasti atau tentu dia akan jatuh pada dosa dan kemaksiatan dan itu sifat manusia Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Artinya: “Setiap manusia pasti banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat ” (HR. Tirmidzi no.2687. At Tirmidzi berkata: “Hadits ini gharib”. Di-hasan-kan Al Albani dalam Al Jami Ash Shaghir, 291/18).

Perhatikan dalam hadits ini digunakan kata خطاء yang artinya: banyak berbuat salah. Namun kata Nabi setelah itu, “sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat”. Ini isyarat bahwa orang yang dosanya banyak, termasuk orang yang mengulang dosa yang sama setelah bertaubat, tetap akan diterima taubatnya. Dan Amal perbuatan itu tergantung pada  akhir, kalau diakhirnya baik maka perbuatan dosa dan maksiatnya terdahulu akan diampuni dengan amal kebaikannya itu.

 Allah ‘azza wa jalla berfirman:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ

Artinya: “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)” (QS. Hud: 114).

Masalalu biarlah berlalu, karena yang tulus mencintai kita tidak akan meningalkan kita, cieeeee ini kata-kata anak muda. masalalu biarlah berlalu, karena kita tidak bisa mengulanginnya lagi, yang harus kita pikirkan sekarang bagaimana menjadi hamba yang lebih baik dari yang sebelumnya, memanfaatkan sisa umur ini, baik yang sekarang kita jalani dan yang akan kita lalui nanti atau yang akan datang.

Masalalu biarlah berlalu, mari kita buka lembaran baru untuk meraih, mencapai kehidupan yang penuh dengan kebaikan dan ketaatan. Allah tidak melihat background (latar belakang) kita, Allah tidak melihat masalalu kita seperti apa, yang Allah lihat adalah akhir amal kita.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

Artinya: “Sungguh setiap amal tergantung pada bagian akhirnya” (HR. Bukhari no. 6493).

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam juga bersabda:

الرجلَ ليعمل الزمنَ الطويلَ بعمل أهلِ الجنَّةِ ، ثم يُختَمُ له عملُه بعمل أهلِ النَّارِ ، و إنَّ الرجلَ لَيعمل الزمنَ الطويلَ بعملِ أهلِ النَّارِ ثم يُختَمُ [ له ] عملُه بعمل أهلِ الجنَّةِ

Artinya: “Ada seseorang yang dia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni surga dalam waktu yang lama, kemudian dia menutup hidupnya dengan amalan penghuni neraka. Dan ada seseorang yang dia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni neraka dalam waktu yang lama, lalu ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni surga” (HR. Al Bukhari no. 2898, 4282, Muslim no. 112, 2651).

.....................

Marilah kita jadikan Ramadhan ini sebagai batu loncatan untuk kembali kepada jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah dan Rasulnya dan menuju insan yang lebih baik lagi, karena pada bulan inilah kita dianjurkan untuk kembali kepada Allah, dari kemaksiatan kepada ketaatan. Ada ungkapan yang sangat bagus:

ياذاالذي ماكفاه الذنوب في رجب . حتى عصي ربه في شهر شعبان

Artinya: “Wahai jiwa yang tak puas melakukan dosa di bulan Rajab (muharram, shafar, rabiul awwal, rabiul tsani, jumadil ula, jumadil tsani, rajab, sya’ban, ramadhan, syawwal, dzul qo’dah, dzul hijjah)

Hingga Dia masih saja melakukan kemaksiatan di bulan sya’ban

لقد اظلك شهر الصوم بعد هما . قلا تصيره أيضا شهر عصيان

Telah tiba bulan setelah keduanya bulan ramadhan. Maka janganlah jadikan bulan (ramadhan) ini bulan penuh dengan dosa

وا تل القران وسبح فيه  مجتهدا . فإنه شهر تسبيح و قران

Bacalah Al-Qur’an dan bertasbihlah dengan penuh kesungguhan. Karena bulan ini bulan bertasbih dan membaca Al-Qur’an

كم كنت تعرف ممن صام سلف . من بين اهل وجير ان  واجوان

Berapa banyak orang yang engkau kenal yang dulunya berpuasa bersama mu. Dari kalangan keluarga, tetangga dan saudaramu

افناهم الموت واستبقك بعدهم . حيافما اقرب القاضي من الداني

Tetapi kematian menjemput mereka dan engkau akan mengikuti mereka. Maka alangkah dekat generasi dahulu dan generasi sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Power Of Doa (Kekuatan Doa)

Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâm ‘alâ rasûlillâh, amma ba’du! Setiap untaian doa yang dipanjatkan oleh seorang hamba dis...